ANAK. Begitu banyak yang ingin bisa memilikinya. Walaupun banyak juga yang tidak menginginkannya. Dan dengan kemajuan -dunia kesehatan, kita akhir-akhir ini jadi agak melupakan fungsi Tuhan sebagai penentu atas segala sesuatu di dalam kehidupan kita. Dan kalau Tuhan sudah berkehendak atas sesuatu, maka terjadilah. Juga dalam hal anak. Tiada sesuatu pun yang mustahil kalau Tuhan menginginkan terjadinya seorang anak. Hal itulah yang terjadi pada Kayleigh Renwick, ibu muda yang berdomisili di London, Inggris.
Tadinya Kay dan suaminya sudah pasrah seandainya Tuhan memang tak berkenan memberi mereka keturunan. Karena setiap kali Kay memeriksakan diri ke dokter kandungan, yang ia peroleh selalu kekecewaan. Tidak ada tanda-tanda bahwa dirinya akan hamil.
Suatu hari ia merasakan sakit pada punggungnya. Maka ia pergi ke dokter untuk berobat. Pada saat menunggu hasil tes urin, dokter bertanya kepada Kay sudah berapa minggu kehamilannya? Kay yang merasa kalau dirinya tak sedang hamil, tentu saja bersikeras mengatakan bahwa dirinya tidak hamil.
"Mana mungkin saya hamil. Saya terus menerus mengalami menstruasi. Dan, tubuh saya dari minggu ke minggu terus mengecil. Yang saya rasakan saat ini adalah punggung saya terasa sangat sakit," ungkap Kay kepada dokter yang memeriksanya.
Kay memang tak menyadari bahwa selama 9 bulan ini ia sebenarnya tengah mengandung janin buah pernikahannya. Kayleigh mengaku, selama ini dia tidak pernah merasakan ngidam layaknya wanita hamil pada umumnya. Jangan lagi ngidam, punya badan besar layaknya perempuan hamil saja ia tidak.
Kay mengungkapkan, selama 36 minggu ini ia terus mengalami menstruasi. Dan selama itu pula, berat badannya terus menyusut yang mengakibatkan ukuran pinggangnya berubah drastis. Dari ukuran 16, turun menjadi ukuran 14, sampai akhirnya menjadi ukuran 12.
Selang beberapa jam setelah memeriksakan keadaannya, Kay mengalami rasa sakit layaknya perempuan yang hendak melahirkan. Ia kemudian muntah, dan karenanya ia segera dilarikan ke rumah sakit oleh suaminya. Dan di rumah sakit, Kay harus menerima kenyataan kalau ia memang benar hamil dan akan segera melahirkan.
Namun tetap saja Kay masih tidak percaya akan apa yang sedang terjadi pada dirinya saat itu. Bahkan Kay kembali meyakinkan bahwa sebelumnya ia sempat memeriksakan kandungannya. Dan hasil yang diterimanya menunjukkan tanda-tanda kalau dirinya tak hamil.
Tepat pada pukul 7.30 malam waktu setempat, Kay melahirkan bayi perempuan cantik yang kemudian ia beri nama Lucy. Sayangnya, Lucy lahir dalam keadaan kurang baik. Beratnya memang 3.1 kg, hanya saja Lucy memiliki kulit yang kering dan pecah-pecah.
Dokter mengatakan, ini semua akibat dari plasenta yang ada pada tubuh Kay berhenti bekerja. Selain itu, posisi Lucy pada saat dalam kandungan berada di punggung.
"Yang lebih mengerikan adalah, ketika Lucy berada dalam kandungan, Kay tidak pernah memberikan asupan gizi yang baik untuk kandungannya. Ya, karena selama itu Kay menganggap dirinya tidak hamil," kata dokter menjelaskan lebih lanjut.
Kini Lucy telah menginjak usia 6 bulan. Sayang sekali, Lucy didiagnosa mengidap Brachycephaly akut. Dan umumnya, Brachycephaly dikenal sebagai Sindrom Kepala Datar (FHS), yang menyebabkan kepalanya cacat. Posisinya yang tidak benar selama di dalam kandungan telah menjadi penyebab Lucy mengidap FHS itu. Selain itu, juga karena kurangnya cairan ketuban ikut mempengaruhi penyakit ini.
Kay sekarang harus mengeluarkan biaya sebesar $ 2.000 atau senilai 19.570.000 rupiah untuk membelikan helm yang biasa digunakan bayi penderita FHS. Selain itu, Kay berserta suami juga harus mengeluarkan biaya tambahan, untuk biaya perjalanan tiap minggu ke rumah sakit, dalam rangka pengobatan Lucy.
Dan kini, Kay beserta suami hanya bisa pasrah. Berharap ada bantuan yang datang untuk memperingan biaya pengobatan Lucy.
"Aku tidak ingin Lucy tumbuh menjadi anak yang cacat. Aku pergi ke rumah sakit tiap minggu, dan berharap pihak rumah sakit memberikan potongan biaya untuk pengobatan Lucy. Jika NHS dapat mendanai operasi payudara dan lambung, kenapa mereka tidak bisa membiayai operasi anak seperti Lucy yang membutuhkan?" katanya pasrah.
Tadinya Kay dan suaminya sudah pasrah seandainya Tuhan memang tak berkenan memberi mereka keturunan. Karena setiap kali Kay memeriksakan diri ke dokter kandungan, yang ia peroleh selalu kekecewaan. Tidak ada tanda-tanda bahwa dirinya akan hamil.
Suatu hari ia merasakan sakit pada punggungnya. Maka ia pergi ke dokter untuk berobat. Pada saat menunggu hasil tes urin, dokter bertanya kepada Kay sudah berapa minggu kehamilannya? Kay yang merasa kalau dirinya tak sedang hamil, tentu saja bersikeras mengatakan bahwa dirinya tidak hamil.
"Mana mungkin saya hamil. Saya terus menerus mengalami menstruasi. Dan, tubuh saya dari minggu ke minggu terus mengecil. Yang saya rasakan saat ini adalah punggung saya terasa sangat sakit," ungkap Kay kepada dokter yang memeriksanya.
Kay memang tak menyadari bahwa selama 9 bulan ini ia sebenarnya tengah mengandung janin buah pernikahannya. Kayleigh mengaku, selama ini dia tidak pernah merasakan ngidam layaknya wanita hamil pada umumnya. Jangan lagi ngidam, punya badan besar layaknya perempuan hamil saja ia tidak.
Kay mengungkapkan, selama 36 minggu ini ia terus mengalami menstruasi. Dan selama itu pula, berat badannya terus menyusut yang mengakibatkan ukuran pinggangnya berubah drastis. Dari ukuran 16, turun menjadi ukuran 14, sampai akhirnya menjadi ukuran 12.
Selang beberapa jam setelah memeriksakan keadaannya, Kay mengalami rasa sakit layaknya perempuan yang hendak melahirkan. Ia kemudian muntah, dan karenanya ia segera dilarikan ke rumah sakit oleh suaminya. Dan di rumah sakit, Kay harus menerima kenyataan kalau ia memang benar hamil dan akan segera melahirkan.
Namun tetap saja Kay masih tidak percaya akan apa yang sedang terjadi pada dirinya saat itu. Bahkan Kay kembali meyakinkan bahwa sebelumnya ia sempat memeriksakan kandungannya. Dan hasil yang diterimanya menunjukkan tanda-tanda kalau dirinya tak hamil.
Tepat pada pukul 7.30 malam waktu setempat, Kay melahirkan bayi perempuan cantik yang kemudian ia beri nama Lucy. Sayangnya, Lucy lahir dalam keadaan kurang baik. Beratnya memang 3.1 kg, hanya saja Lucy memiliki kulit yang kering dan pecah-pecah.
Dokter mengatakan, ini semua akibat dari plasenta yang ada pada tubuh Kay berhenti bekerja. Selain itu, posisi Lucy pada saat dalam kandungan berada di punggung.
"Yang lebih mengerikan adalah, ketika Lucy berada dalam kandungan, Kay tidak pernah memberikan asupan gizi yang baik untuk kandungannya. Ya, karena selama itu Kay menganggap dirinya tidak hamil," kata dokter menjelaskan lebih lanjut.
Kini Lucy telah menginjak usia 6 bulan. Sayang sekali, Lucy didiagnosa mengidap Brachycephaly akut. Dan umumnya, Brachycephaly dikenal sebagai Sindrom Kepala Datar (FHS), yang menyebabkan kepalanya cacat. Posisinya yang tidak benar selama di dalam kandungan telah menjadi penyebab Lucy mengidap FHS itu. Selain itu, juga karena kurangnya cairan ketuban ikut mempengaruhi penyakit ini.
Kay sekarang harus mengeluarkan biaya sebesar $ 2.000 atau senilai 19.570.000 rupiah untuk membelikan helm yang biasa digunakan bayi penderita FHS. Selain itu, Kay berserta suami juga harus mengeluarkan biaya tambahan, untuk biaya perjalanan tiap minggu ke rumah sakit, dalam rangka pengobatan Lucy.
Dan kini, Kay beserta suami hanya bisa pasrah. Berharap ada bantuan yang datang untuk memperingan biaya pengobatan Lucy.
"Aku tidak ingin Lucy tumbuh menjadi anak yang cacat. Aku pergi ke rumah sakit tiap minggu, dan berharap pihak rumah sakit memberikan potongan biaya untuk pengobatan Lucy. Jika NHS dapat mendanai operasi payudara dan lambung, kenapa mereka tidak bisa membiayai operasi anak seperti Lucy yang membutuhkan?" katanya pasrah.
No comments:
Post a Comment