SERANGAN jantung kini
mulai sering menyerang di usia muda. Presenter Ricky Johannes,
contohnya. Pria kelahiran 25 September 1967 ini tampak masih sehat dan
enerjik, namun ia meninggal karena serangan jantung mendadak pada hari Jumat, 22 Maret 2013, lalu.
Wajar jika orang dengan kondisi yang "tampaknya sehat" tetap bisa terkena serangan jantung. Sebab, seperti dituturkan ahli jantung Muhammad Munawar MD. PhD., serangan jantung merupakan situasi ketika salah satu cabang pembuluh darah koroner tersumbat tiba-tiba. “Sebagian besar pasien didahului proses penyempitan yang berlangsung sedikit demi sedikit, bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun,” ujarnya.
Akibat penyempitan perlahan itu, kata anggota Tim Medik Presiden tersebut, penderita tidak merasakannya. Pada beberapa pasien, dinding penyempitan menjadi mudah retak (disebut juga rupture plaque), sehingga terjadi gumpalan darah yang menyumbat secara tiba-tiba. “Inilah serangan jantung (mendadak) itu,” ungkapnya.
Ketua Komite Medik pada RS Jantung Binawaluya, Jakarta, ini, memaparkan bahwa dari data statistik, penyakit jantung koroner sebagian besar terjadi pada pria berusia di atas 40 tahun. Sedangkan pada wanita, di atas usia 50 tahun.
Kendati demikian, bukan tidak mungkin terjadi pada usia lebih muda. Maklum, penyebab umumnya adalah kolesterol tinggi, merokok, hipertensi, diabetes mellitus, kegemukan, serta kurang olah raga.
Karena itu, Wakil Ketua Masyarakat Jantung Asia Pasifik ini mengingatkan, yang terpenting adalah pencegahan dini. Mulailah dengan mengecek apakah ada diabetes atau mengidap kadar kolesterol tinggi. Ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah.
Setelah itu, coba cek kemungkinan adanya penyempitan pada pembuluh darah koroner. Cukup dengan cara sederhana seperti melihat faktor keturunan, atau melalui uji latih jantung, dengan beban (treadmill test). Jika mau tes dengan teknologi tinggi, bisa saja lewat MSCT (multi slice computed tomography) dan scan nuklir.
“Tetapi harus dipertimbangkan manfaat dan biayanya,” kata ahli yang menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Indonesia itu.
Tanda serangan jantung yang harus diperhatikan adalah sakit pada dada yang menjalar ke tangan, punggung, perut, kadang-kadang leher. Bisa juga ada rasa berat atau panas di dada, serta sesak napas.
Bila kondisi itu terjadi lebih dari setengah jam, dosen senior di Universitas Indonesia ini menyatakan, patut dicurigai adanya serangan jantung. Umumnya disertai keringat banyak, kadang-kadang muntah, sebagian pasien bahkan disertai kejang, seperti yang dialami almarhum Ricky Jo.
“Umumnya, kejang itu disebabkan oleh serangan irama jantung yang mematikan (lethal arrhythmia), berupa fibrilasi ventricular,” katanya.
Serangan jantung seperti itu disebut mematikan, karena kalau tidak ada tindakan berupa pemberian kejut energi listrik lewat defibrillator dalam 10 menit, pasien bisa meninggal. Alatnya itu, umumnya ada di ruang gawat darurat rumah sakit, atau ambulans khusus. “Tapi di negara-negara maju, malah ada di tempat-tempat umum, semacam bandara atau stasiun kereta api,” ujar Dr. Munawar.
Sebagai tindakan pencegahan, jika ada tanda-tanda serangan jantung, berikut tips dari ahli jantung, Muhammad Munawar PhD.
1. Jangan menunda-nunda, apalagi malah mengambil tindakan tak perlu, seperti dikerok atau dipijat.
2. Minum aspirin dengan dosis 100-320 mg segera. Kalau ada, berikan tambahan obat antiplatelet yang kuat, seperti clopidogrel (300 mg, atau 4 tablet) atau ticagrelor 180 mg. Orang-orang dengan risiko serangan jantung tinggi, hendaknya mempunyai persediaan obat ini. Obat-obatan nitrat tidak banyak menolong dibanding dengan obat-obat tersebut.
3. Jangan minta pertolongan kepada teman, tetangga, atau dokter keluarga, tetapi teleponlah langsung ke rumah sakit, yang siap menangani pasien serangan Jantung. Pastikan bahwa rumah sakit tersebut punya ambulans (atau minta tolong ambulans 118). Siapkan nomor telepon penting ini di ponsel Anda.
4. Pastikan pula rumah sakit yang dihubungi memiliki fasilitas pemberian thrombolisis (bila serangan jantung masih dalam waktu kurang dari 3 jam) atau fasilitas kateterisasi jantung, dan dokternya siap melakukan tindakan pemasangan ring/stent.
Wajar jika orang dengan kondisi yang "tampaknya sehat" tetap bisa terkena serangan jantung. Sebab, seperti dituturkan ahli jantung Muhammad Munawar MD. PhD., serangan jantung merupakan situasi ketika salah satu cabang pembuluh darah koroner tersumbat tiba-tiba. “Sebagian besar pasien didahului proses penyempitan yang berlangsung sedikit demi sedikit, bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun,” ujarnya.
Akibat penyempitan perlahan itu, kata anggota Tim Medik Presiden tersebut, penderita tidak merasakannya. Pada beberapa pasien, dinding penyempitan menjadi mudah retak (disebut juga rupture plaque), sehingga terjadi gumpalan darah yang menyumbat secara tiba-tiba. “Inilah serangan jantung (mendadak) itu,” ungkapnya.
Ketua Komite Medik pada RS Jantung Binawaluya, Jakarta, ini, memaparkan bahwa dari data statistik, penyakit jantung koroner sebagian besar terjadi pada pria berusia di atas 40 tahun. Sedangkan pada wanita, di atas usia 50 tahun.
Kendati demikian, bukan tidak mungkin terjadi pada usia lebih muda. Maklum, penyebab umumnya adalah kolesterol tinggi, merokok, hipertensi, diabetes mellitus, kegemukan, serta kurang olah raga.
Karena itu, Wakil Ketua Masyarakat Jantung Asia Pasifik ini mengingatkan, yang terpenting adalah pencegahan dini. Mulailah dengan mengecek apakah ada diabetes atau mengidap kadar kolesterol tinggi. Ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah.
Setelah itu, coba cek kemungkinan adanya penyempitan pada pembuluh darah koroner. Cukup dengan cara sederhana seperti melihat faktor keturunan, atau melalui uji latih jantung, dengan beban (treadmill test). Jika mau tes dengan teknologi tinggi, bisa saja lewat MSCT (multi slice computed tomography) dan scan nuklir.
“Tetapi harus dipertimbangkan manfaat dan biayanya,” kata ahli yang menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Indonesia itu.
Tanda serangan jantung yang harus diperhatikan adalah sakit pada dada yang menjalar ke tangan, punggung, perut, kadang-kadang leher. Bisa juga ada rasa berat atau panas di dada, serta sesak napas.
Bila kondisi itu terjadi lebih dari setengah jam, dosen senior di Universitas Indonesia ini menyatakan, patut dicurigai adanya serangan jantung. Umumnya disertai keringat banyak, kadang-kadang muntah, sebagian pasien bahkan disertai kejang, seperti yang dialami almarhum Ricky Jo.
“Umumnya, kejang itu disebabkan oleh serangan irama jantung yang mematikan (lethal arrhythmia), berupa fibrilasi ventricular,” katanya.
Serangan jantung seperti itu disebut mematikan, karena kalau tidak ada tindakan berupa pemberian kejut energi listrik lewat defibrillator dalam 10 menit, pasien bisa meninggal. Alatnya itu, umumnya ada di ruang gawat darurat rumah sakit, atau ambulans khusus. “Tapi di negara-negara maju, malah ada di tempat-tempat umum, semacam bandara atau stasiun kereta api,” ujar Dr. Munawar.
Sebagai tindakan pencegahan, jika ada tanda-tanda serangan jantung, berikut tips dari ahli jantung, Muhammad Munawar PhD.
1. Jangan menunda-nunda, apalagi malah mengambil tindakan tak perlu, seperti dikerok atau dipijat.
2. Minum aspirin dengan dosis 100-320 mg segera. Kalau ada, berikan tambahan obat antiplatelet yang kuat, seperti clopidogrel (300 mg, atau 4 tablet) atau ticagrelor 180 mg. Orang-orang dengan risiko serangan jantung tinggi, hendaknya mempunyai persediaan obat ini. Obat-obatan nitrat tidak banyak menolong dibanding dengan obat-obat tersebut.
3. Jangan minta pertolongan kepada teman, tetangga, atau dokter keluarga, tetapi teleponlah langsung ke rumah sakit, yang siap menangani pasien serangan Jantung. Pastikan bahwa rumah sakit tersebut punya ambulans (atau minta tolong ambulans 118). Siapkan nomor telepon penting ini di ponsel Anda.
4. Pastikan pula rumah sakit yang dihubungi memiliki fasilitas pemberian thrombolisis (bila serangan jantung masih dalam waktu kurang dari 3 jam) atau fasilitas kateterisasi jantung, dan dokternya siap melakukan tindakan pemasangan ring/stent.
No comments:
Post a Comment