Hidup dan nasib manusia itu seperti bulu yang diterbangkan angin, tidak tahu akan dibawa ke mana dan akhirnya akan jatuh di mana. Seperti itulah nasib yang dialami oleh mantan penyanyi campursari, Dwi Purwaningsih (32), yang terpaksa hidup
dalam pasungan di sebuah kamar berukuran 2x3 meter sejak 12 tahun silam,
karena mengalami gangguan kejiwaan akut. Dwi tak sendiri. Sang
kakak, Eko Prasetyo (37), keduanya tinggal di Dusun Manjungsari, Desa
Wakah, Kecamatan Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur, juga ikut dipasung.
Ny Sulastri (52), ibu kandung kedua kakak beradik ini mengaku, tak punya pilihan lain terhadap kedua anaknya tersebut. Sebab, kalau tak dipasung, keduanya bisa mengamuk dan dapat membahayakan warga lain.
"Saya sebenarnya tak tega melihat keduanya, yang tak bisa menikmati masa mudanya," kata Sulastri, sambil meneteskan air mata kepada Surya Online, Minggu (9/3/2014).
Saat Surya menjenguk keduanya, kakak beradik ini dipasung terpisah di kamar 2x3 meter dengan kondisi kotor, kumuh dan bau.
Sulastri mengakui, faktor keuangan yang menyebabkan dirinya tak bisa berbuat banyak untuk kedua anaknya itu. Apalagi, saat dibawa ke rumah sakit di Solo dan Surabaya beberapa waktu lalu, kedua anaknya sama sekali tak ada perubahan.
Tetapi, ia tetap diminta membayar biaya perawatan selama berminggu-minggu di rumah sakit itu. "Awalnya kami mengira gratis karena dirujuk, tak tahunya membayar sendiri. Semua harta dan tanah sudah kami jual untuk pengobatan, tetapi belum ada hasilnya," imbuh perempuan yang ditinggal pergi suaminya ini.
Untuk menghidupi dirinya dan dua anaknya tersebut, Sulastri harus berjualan sayur keliling, dan menjadi tukang pijat. Sebab, selama ini sama sekali tak ada bantuan dan perhatian dari Pemkab Ngawi.
"Saya berharap, pemkab membantu mengobatkan kedua anak saya ini. Kami selama ini cukup buat makan saja sudah baik, makanya rumah rusak tak diperbaiki dan dibiarkan seperti ini," paparnya.
Staf Urusan Pemerintahan Desa Wakah, Kecamatan Ngrambe, Sutrisno menegaskan kedua warganya sudah pernah berobat ke Solo dan Surabaya, akan tetapi belum ada hasilnya.
"Pengobatan tak diteruskan, karena orangtuanya sudah kehabisan segalanya. Warga juga sudah urunan untuk membantu biaya pengobatan, karena belum ada bantuan dari pemerintah," pungkasnya.
Dwi Purwaningsih sebelumnya seorang penyanyi campursari. Ia pernah mengambil kursus seni, dan tata rias di Solo. Sedangkan Eko Prasetyo mengalami gangguan jiwa setelah pulang kerja di sebuah perusahan kayu di Kalimantan tahun 2007.
Ny Sulastri (52), ibu kandung kedua kakak beradik ini mengaku, tak punya pilihan lain terhadap kedua anaknya tersebut. Sebab, kalau tak dipasung, keduanya bisa mengamuk dan dapat membahayakan warga lain.
"Saya sebenarnya tak tega melihat keduanya, yang tak bisa menikmati masa mudanya," kata Sulastri, sambil meneteskan air mata kepada Surya Online, Minggu (9/3/2014).
Saat Surya menjenguk keduanya, kakak beradik ini dipasung terpisah di kamar 2x3 meter dengan kondisi kotor, kumuh dan bau.
Sulastri mengakui, faktor keuangan yang menyebabkan dirinya tak bisa berbuat banyak untuk kedua anaknya itu. Apalagi, saat dibawa ke rumah sakit di Solo dan Surabaya beberapa waktu lalu, kedua anaknya sama sekali tak ada perubahan.
Tetapi, ia tetap diminta membayar biaya perawatan selama berminggu-minggu di rumah sakit itu. "Awalnya kami mengira gratis karena dirujuk, tak tahunya membayar sendiri. Semua harta dan tanah sudah kami jual untuk pengobatan, tetapi belum ada hasilnya," imbuh perempuan yang ditinggal pergi suaminya ini.
Untuk menghidupi dirinya dan dua anaknya tersebut, Sulastri harus berjualan sayur keliling, dan menjadi tukang pijat. Sebab, selama ini sama sekali tak ada bantuan dan perhatian dari Pemkab Ngawi.
"Saya berharap, pemkab membantu mengobatkan kedua anak saya ini. Kami selama ini cukup buat makan saja sudah baik, makanya rumah rusak tak diperbaiki dan dibiarkan seperti ini," paparnya.
Staf Urusan Pemerintahan Desa Wakah, Kecamatan Ngrambe, Sutrisno menegaskan kedua warganya sudah pernah berobat ke Solo dan Surabaya, akan tetapi belum ada hasilnya.
"Pengobatan tak diteruskan, karena orangtuanya sudah kehabisan segalanya. Warga juga sudah urunan untuk membantu biaya pengobatan, karena belum ada bantuan dari pemerintah," pungkasnya.
Dwi Purwaningsih sebelumnya seorang penyanyi campursari. Ia pernah mengambil kursus seni, dan tata rias di Solo. Sedangkan Eko Prasetyo mengalami gangguan jiwa setelah pulang kerja di sebuah perusahan kayu di Kalimantan tahun 2007.
No comments:
Post a Comment