KITA seringkali abai dengan nilai-nilai yang langgeng, dan
membanggakan nilai-nilai yang bersifat sementara. Khususnya generasi muda kita.
Salah satu contohnya ialah warisan budaya. Kita lebih suka dengan tari Breakdance
atau Shuffle atau bahkan Gangnam Style dibanding Kecak atau Tor Tor atau pun
Poco Poco. Mengapa? Karena orientasi kebanyakan generasi muda kita sudah terbelenggu
pada luar negeri minded. Semua yang
berasal dari luar negeri dianggapnya bagus, hebat, bernilai tinggi. Padahal,
orang luar negeri berusaha mencuri warisan budaya kita untuk bisa dijual di
negerinya. Jelas akan sangat luar biasa kalau orang Amerika bisa
menyelenggarakan pagelaran wayang kulit maupun golek, yang seluruh pelaksana
acaranya adalah orang Amerika. Dalang, sinden, penabuh gamelan, dan seterusnya.
Lalu kita menyaksikannya juga dengan penuh kekaguman. Kita bangga, wayang kita
dimainkan oleh orang asing. Lha, kita
yang punya ngapain? Akhirnya cuma jadi
penonton? Ironis sekali....
Suatu hari, hal seperti itu bisa mungkin terjadi, kalau kita terus bersikap abai kepada warisan budaya kita. Akhirnya, bangsa kita jungkir-balik menciptakan pekerjaan, membuka lapangan pekerjaan, membangun pabrik-pabrik teknologi untuk memenuhi kebutuhan bangsa-bangsa lain, sementara bangsa lain justru hidup tenang damai menikmati warisan budaya milik kita yang telah dikuasainya. Menyanyi, menari, menggelar pertunjukan Ketoprak, Wayang Orang, Ludruk, dan sebagainya. Dan kita berlibur ke negeri mereka untuk menyaksikan pagelaran budaya (yang dulunya milik kita) itu, dengan uang hasil jerih payah kita selama berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, hanya untuk menikmati warisan budaya kita yang telah menjadi milik orang. Tragis betul.
Namun itu cuma mimpi buruk, walaupun sangat mungkin bisa terjadi secara nyata. Akan tetapi, syukurlah, gerakan-gerakan untuk mengantisipasi terjadinya mimpi buruk itu ternyata masih banyak dilakukan. Setidaknya, masih banyak juga pelajar dan mahasiswa kita yang mau bersusah-payah ikut berkecimpung dalam upaya pelestarian dan pengembangan warisan budaya. Hal itu, salah satunya, tercermin dalam pagelaran Festival Folklore Nasional yang ke-8 yang bertema “Taruna Wiwaha” atau Pesta Budaya Remaja.
Maka, rasanya bagaikan mendapat hadiah ketika pada hari Jumat, 14 Maret 2014, pekan kemarin, seorang remaja mengajak TNOL untuk hadir dan menyaksikan pagelaran The 8th National Folklore Festival “Taruna Wiwaha”, di Kampus Universitas Indonesia, Depok. Cuma sayangnya, TNOL tidak bisa mengikuti acara ini secara komplit, yaitu keseluruhan pagelaran yang berlangsung sejak Rabu, 12 Maret 2014. Karena yang mengajak TNOL adalah peserta paduan suara, maka yang bisa TNOL ikuti ya cuma pagelaran paduan suara saja. Sayang betul....
Pagelaran Hari Pertama dan Kedua
Suatu hari, hal seperti itu bisa mungkin terjadi, kalau kita terus bersikap abai kepada warisan budaya kita. Akhirnya, bangsa kita jungkir-balik menciptakan pekerjaan, membuka lapangan pekerjaan, membangun pabrik-pabrik teknologi untuk memenuhi kebutuhan bangsa-bangsa lain, sementara bangsa lain justru hidup tenang damai menikmati warisan budaya milik kita yang telah dikuasainya. Menyanyi, menari, menggelar pertunjukan Ketoprak, Wayang Orang, Ludruk, dan sebagainya. Dan kita berlibur ke negeri mereka untuk menyaksikan pagelaran budaya (yang dulunya milik kita) itu, dengan uang hasil jerih payah kita selama berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, hanya untuk menikmati warisan budaya kita yang telah menjadi milik orang. Tragis betul.
Namun itu cuma mimpi buruk, walaupun sangat mungkin bisa terjadi secara nyata. Akan tetapi, syukurlah, gerakan-gerakan untuk mengantisipasi terjadinya mimpi buruk itu ternyata masih banyak dilakukan. Setidaknya, masih banyak juga pelajar dan mahasiswa kita yang mau bersusah-payah ikut berkecimpung dalam upaya pelestarian dan pengembangan warisan budaya. Hal itu, salah satunya, tercermin dalam pagelaran Festival Folklore Nasional yang ke-8 yang bertema “Taruna Wiwaha” atau Pesta Budaya Remaja.
Maka, rasanya bagaikan mendapat hadiah ketika pada hari Jumat, 14 Maret 2014, pekan kemarin, seorang remaja mengajak TNOL untuk hadir dan menyaksikan pagelaran The 8th National Folklore Festival “Taruna Wiwaha”, di Kampus Universitas Indonesia, Depok. Cuma sayangnya, TNOL tidak bisa mengikuti acara ini secara komplit, yaitu keseluruhan pagelaran yang berlangsung sejak Rabu, 12 Maret 2014. Karena yang mengajak TNOL adalah peserta paduan suara, maka yang bisa TNOL ikuti ya cuma pagelaran paduan suara saja. Sayang betul....
Pagelaran Hari Pertama dan Kedua
Belakangan baru TNOL ketahui, ternyata acara ini sebenarnya berlangsung
selama 3 hari, yaitu mulai hari Rabu, 12 Maret 2014, dengan Lomba Paduan Suara Kategori A untuk SMA. Yang
pemenangnya adalah: Juara Pertama,
78 Youth Choir SMAN 78 Jakarta; Juara
Kedua, 5 Youth Choir SMAN 5 Bandung; Juara
Ketiga, Smamda Voice SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.
Pada hari kedua, Kamis, 13 Maret 2014, diselenggarakan Lomba Tari Tradisional Kategori SMA, Universitas, dan Umum. Dan pemenangnya, Untuk Kategori SMA, ialah: Juara Pertama, SMAN 1 Jampangkulon A; Juara Kedua, SMAN 1 Jampangkulon C; Juara Ketiga, SMAN 1 Pesisir Tengah Krui Pesisir Barat Lampung.
Untuk juara-juara Lomba Tari Tradisional Kategori Universitas, pemenangnya ialah: Juara Pertama, FPT Universitas Brawijaya; Juara Kedua, Bengkel Seni Embun Telkom University; Juara Ketiga, Lises Universitas Padjadjaran.
Sedangkan untuk juara-juara Lomba Tari Tradisional Kategori Umum (Sanggar), pemenangnya ialah: Juara Pertama, Sanggar Pinang Masak Anjungan Jambi Taman Mini Indonesia Indah; Juara Kedua, Sanggar Seni Citra Buaya; Juara Ketiga, Anjungan Sumatera Utara.
Pagelaran Hari Ketiga
Pada hari kedua, Kamis, 13 Maret 2014, diselenggarakan Lomba Tari Tradisional Kategori SMA, Universitas, dan Umum. Dan pemenangnya, Untuk Kategori SMA, ialah: Juara Pertama, SMAN 1 Jampangkulon A; Juara Kedua, SMAN 1 Jampangkulon C; Juara Ketiga, SMAN 1 Pesisir Tengah Krui Pesisir Barat Lampung.
Untuk juara-juara Lomba Tari Tradisional Kategori Universitas, pemenangnya ialah: Juara Pertama, FPT Universitas Brawijaya; Juara Kedua, Bengkel Seni Embun Telkom University; Juara Ketiga, Lises Universitas Padjadjaran.
Sedangkan untuk juara-juara Lomba Tari Tradisional Kategori Umum (Sanggar), pemenangnya ialah: Juara Pertama, Sanggar Pinang Masak Anjungan Jambi Taman Mini Indonesia Indah; Juara Kedua, Sanggar Seni Citra Buaya; Juara Ketiga, Anjungan Sumatera Utara.
Pagelaran Hari Ketiga
Hari ketiga, karena yang mengajak TNOL adalah peserta paduan
suara yang tampil pada hari terakhir penyelenggaraan The 8th National Folklore Festival “Taruna Wiwaha”, maka otomatis
TNOL cuma kebagian nonton pada hari terakhir ini, yaitu Lomba Paduan Suara Kategori B untuk Universitas dan Umum. Ada 19 kelompok paduan suara yang mengikuti
lomba ini. Dan mereka bertanding sejak pukul 08.30 hingga pukul 17, di Auditorium
Gedung IX Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.
Agar acara tidak membuat jenuh penonton, maka pada tiap beberapa penampilan, diseling dengan penampilan Teater FEUI yang membawakan lakon komedi, sehingga penonton selalu merasa fresh kembali untuk mengikuti penampilan beberapa peserta lomba berikutnya. Selain itu, pada menjelang tengah hari, acara pun dihentikan sejenak untuk mengikuti Sholat Jumat bagi mereka yang beragama Islam.
Hasil akhir dari lomba ini ialah: Juara Pertama, dengan perolehan nilai 981.7, Jingga Swara Itenas Junior Choir ; Juara Kedua, dengan perolehan nilai 981.3, PSM Universitas Tarumanegara; Juara Ketiga, dengan perolehan nilai 967.7, PSM Swara Darmagita; Juara Keempat, dengan perolehan nilai 949.7, PSM Universitas Mercubuana; Juara Kelima, dengan perolehan nilai 930.4, PSM Universitas Trisakti.
Festival Folklore Nasional ini diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, dan diselenggarakan secara berkala pada tiap tahun. Semoga saja acara ini akan terus berlangsung, dan diikuti oleh semakin banyak remaja Indonesia, baik pelajar, mahasiswa, maupun dari kalangan penggiat seni di sanggar-sanggar seni. Supaya kita bisa terus menyaksikan pagelaran-pagelaran seni budaya kita ini, di sini, di Indonesia, bukan di luar negeri....
Agar acara tidak membuat jenuh penonton, maka pada tiap beberapa penampilan, diseling dengan penampilan Teater FEUI yang membawakan lakon komedi, sehingga penonton selalu merasa fresh kembali untuk mengikuti penampilan beberapa peserta lomba berikutnya. Selain itu, pada menjelang tengah hari, acara pun dihentikan sejenak untuk mengikuti Sholat Jumat bagi mereka yang beragama Islam.
Hasil akhir dari lomba ini ialah: Juara Pertama, dengan perolehan nilai 981.7, Jingga Swara Itenas Junior Choir ; Juara Kedua, dengan perolehan nilai 981.3, PSM Universitas Tarumanegara; Juara Ketiga, dengan perolehan nilai 967.7, PSM Swara Darmagita; Juara Keempat, dengan perolehan nilai 949.7, PSM Universitas Mercubuana; Juara Kelima, dengan perolehan nilai 930.4, PSM Universitas Trisakti.
Festival Folklore Nasional ini diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, dan diselenggarakan secara berkala pada tiap tahun. Semoga saja acara ini akan terus berlangsung, dan diikuti oleh semakin banyak remaja Indonesia, baik pelajar, mahasiswa, maupun dari kalangan penggiat seni di sanggar-sanggar seni. Supaya kita bisa terus menyaksikan pagelaran-pagelaran seni budaya kita ini, di sini, di Indonesia, bukan di luar negeri....
No comments:
Post a Comment