MASALAH utama laptop sebagai perangkat kerja mobile adalah
ketahanan baterainya yang terlalu pendek. Sehingga, perangkat kerja ini tidak
bisa diandalkan untuk dibawa ke lapangan, yang tak memiliki akses listrik, selama
lebih dari sehari. Terkecuali kalau mau membawa-bawa perangkat pembangkit
listrik, seperti charger solar cell atau sejenisnya, yang pastinya akan
menambah barang bawaan – dan bisa jadi agak merepotkan, atau ya membawa baterai
cadangan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Dan itu tentu tidak murah, dan
juga tidak ringan bobotnya.
Beberapa waktu ini, banyak juga produsen telah berusaha menjawab
tuntutan tersebut dengan meluncurkan produk-produk yang lebih awet penggunaan
baterainya, yang umumnya berupa ultrabook. Tapi masalahnya, harganya masih
selangit. Sebenarnya itu bisa dibilang wajar. Barang bagus ya harganya juga
harus bagus. Cuma sayangnya, harga yang terlalu tinggi membuat kemampuan beli
jadi rendah. Dan akibat lanjutannya, bila sebuah produk tidak bisa terjual
dalam jumlah banyak, maka harganya akan sulit turun karena biaya produksinya
jadi tetap tinggi.
Maka, tuntutan akan laptop atau ultrabook, atau apa pun namanya,
asalkan bisa digunakan sebagai perangkat kerja setara kemampuan komputer
desktop atau sedikit di bawahnya, yang memiliki baterai dengan daya tahan cukup
lama, adalah tuntutan yang amat mendesak untuk dipenuhi. Mengingat, trend
kantor bergerak sudah hampir menjadi budaya kerja masyarakat masa kini. Harapannya
agar bisa tetap produktif meski sedang terjebak macet.
Dari segi ketidak-seimbangan antara tuntutan dan kemampuan beli
inilah perkembangan jadi melambat. Pihak produsen merasa bahwa produk jadi tak
menguntungkan karena sulit terjual, sementara harga jual juga tidak mungkin
bisa diturunkan lagi, mengingat biaya penelitian, pengembangan, dan
memproduksinya sangat mahal.
Hari ini, Rabu, 20 November 2013, Toshiba merilis produk
ultrabook terbarunya yang diberi nama sandang Dynabook KIRA. Keunggulan yang
ditawarkan lewat produknya ini, Toshiba mengklaim bahwa Dynabook KIRA V654 bisa
dipakai bekerja selama 22 jam hanya dengan satu kali pengisian baterai.
Dynabook KIRA V654 ini menggunakan chip Intel Haswell yang meskipun
memiliki kinerja yang tinggi namun hemat daya. Ultrabook yang beratnya hanya
1,12 kg ini, memiliki layar 13,3 inci dengan resolusi 1366x768 piksel. Tersedia
juga Dynabook KIRA V634 yang memiliki layar dengan resolusi 2560x1440 piksel,
namun dengan ketahanan baterai hanya untuk 14 jam. Spesifikasi keduanya sama,
yaitu menggunakan chip Intel Haswell, dengan RAM 8GB dan ruang penyimpan berupa
SSD 128GB.
Untuk versi dengan layar sentuh, Dynabook KIRA V834, daya tahan
baterainya hanya untuk selama 14 jam saja. Selain itu, harganya juga lebih
mahal. Nah, omong-omong soal harga, kedua produk ini ditawarkan dengan harga
yang memang tinggi. Dynabook KIRA V654 dan V634 dijual dengan harga sekitar Rp.
16,6 juta. Sedangkan Dynabook KIRA V834 dijual dengan harga sekitar Rp. 17,5
juta.
Namun belum ada kejelasan apakah ketiga produk yang menggunakan
Windows 8.1 itu akan dipasarkan di luar Jepang juga atau tidak. Tapi, ya kita
tunggu saja.
No comments:
Post a Comment