Sebagai perantau yang belum berumahtangga dan tinggal di rumah kost petakan, Gayus benar-benar dalam kesulitan. Pasalnya, dia punya penyakit “semacam insomnia” – yaitu susah tidur kalau tanggal sudah melewati angka 20 ke atas. Soalnya, sebagai pesuruh yang gajinya hanya cukup untuk biaya hidup sekadarnya hingga akhir bulan, dia justru mengikuti gaya hidup teman-temannya yang sok kaya. Kalau baru gajian, makannya maunya yang mahal-mahal – baik yang gaya Jepang, Eropa, maupun Amerika. Ke kafe juga wajib. Minimal satu kali setiap bulan. Dasar gak tau diri.
Nah, kalau dompetnya sudah ringsek, langsung dia “terjun bebas” dengan makan mi instan setiap hari. Celakanya, itu pun hanya sampai awal-awal tanggal 20-an. Biasanya kalau sudah lewat tanggal 25, dia harus mengencangkan ikat pinggangnya sekencang-kencangnya. Bahkan terkadang harus puasa, kalau para atasannya sedang tidak berhati baik – memberinya persen kalau menyuruh. Itu sebabnya penyakit “semacam insomnia”nya kambuh kalau sudah tanggal-tanggal penuh derita itu. Matanya susah dipejamkan karena perutnya selalu berisik (dalam irama keroncongan). Akibatnya, dia jadi sering kesiangan.
Suatu hari, waktu Boss Besar mau menyuruhnya, dia belum datang. Wah, maka marahlah Boss Besar. Ketika datang, dia langsung dipanggil. Dimaki-maki, diancam mau dipecat. Namun dengan cerdiknya, Gayus bilang, “Maaf, Pak. Saya juga nggak mau telat masuk kerja. Tapi saya ini punya penyakit insomnia, Pak. Dan celakanya, kalau sudah tanggal tua begini, obat saya udah abis. Jadi, ya saya nggak bisa tidur. Akibatnya, ya saya telat ke kantor kayak begini, Pak.”
Celakanya Gayus, rupanya Boss Besar juga punya penyakit insomnia. Maka demi kelancaran bisnisnya, beliau memberikan beberapa obatnya kepada Gayus, disertai ancaman, “Awas kamu kalau sampai telat lagi!”
Dengan yakin Gayus menjawab, “Beres, Pak. Sekarang masalah saya teratasi.”
Benar saja, obat itu berhasil mengatasi “pagelaran keroncongan” di perutnya. Dia tidur pulas-las biarpun perutnya rock & roll-an. Ketika dia terjaga pada pagi hari, ia bahkan mendahului waktu yang disetel pada wekernya. Maka, setelah mandi dan sarapan air putih dua gelas, dia berangkat. Waktu sampai di kantor, dia berpapasan dengan Boss Besar. Maka dengan bangganya dia bilang, “Berhasil, Pak. Obat Bapak membuat saya tidur pulas sampai pagi. Dan, saya nggak telat lagi, kan?”
Sambil mendelik, Boss Besar bilang, “Betul, hari ini kamu memang nggak telat. Tapi dua hari kemarin kamu ke mana?”
No comments:
Post a Comment