Tuesday, January 3, 2012

Steak yang Dibuat dari Tinja. Mau Coba?

Steak berbahan dasar tinja.
INI ulah ilmuwan inovator Jepang yang lain. Kesannya memang di luar kewajaran. Namun sesungguhnya, ini bukan sesuatu yang mustahil. Sebab, sebagai masyarakat - yang sebagian besarnya - suka melahap jeroan, harusnya apa yang dilakukan oleh ilmuwan Jepang ini bisa diterima, seperti kita menerima seporsi masakan dari bahan jeroan. Apa karena makanan ini disebut dari tinja, makanya otak kita langsung saja berteriak, "Gila! Jorok banget!"? Ya, bisa jadi begitu. Tapi, okelah, terlepas kita mau mencicipinya atau tidak, mari kita ikuti bagaimana perjalanan tinja itu bisa menjadi steak. Setidaknya, untuk menambah pengetahuan. Silakan....

Memang ada-ada saja kreasi orang dalam membuat makanan. Kali ini makanan unik datang dari Jepang, yang membuat steak dengan bahan baku kotoran manusia, alias tinja. Belakangan, selain dibuat steak, daging berbahan dasar tinja itu juga dibuat sebagai daging burger.
Resep steak kotoran manusia yang dibuat oleh peneliti Jepang, Mitsuyuki Ikeda ini, di awal pembuatannya, Ikeda berpikir soal cara mengolah limbah kotoran yang begitu banyak jumlahnya itu. Setelah melakukan penelitian laboratorium, ternyata ia menemukan kandungan protein tinggi di dalam kotoran, selain bakteri tentu saja. "Tapi banyak orang pasti enggan untuk memakannya," kata Ikeda, seperti dilansir Mother Network Nature.
Daging yang terbuat dari kotoran itu terlebih dahulu ia endapkan. Ikeda juga memberikannya cairan enhancer. Adonan daging yang masih setengah jadi, kemudian dia taruh di alat exploder. Perangkat itu berfungsi guna mengolah adonan daging kotoran sebelum bisa dimakan.
Untuk membuat warnanya merah seperti daging sapi pada umumnya, Ikeda menambahkan cairan pewarna. Ia juga memberikan protein dari kacang kedelai. Hasilnya, daging steak itu akan berkomposisi: 63 persen protein, 25 persen karbohidrat, 9 persen mineral, dan 3 persen lipid. "Konon, daging steak itu memiliki rasa seperti daging sapi," tulis Mother Network Nature.
Profesor Douglas Powell, dari Food Security Kansas State University, mengatakan, tidak ada yang salah dengan makanan itu. "Ide seperti itu tidak terlalu berbeda dengan memakan tumbuhan yang diberi pupuk," kata Powell.
Nah, bagaimana? Berminat mencoba?

No comments:

Post a Comment