Saturday, July 16, 2011

Karena Tanpa Orang Ketiga

Suatu hari, ketika saya sedang menunggu bis di suatu halte di dekat pusat perbelanjaan, saya melihat dua orang tukang gali saluran air di pinggir jalan, sedang bekerja dengan cara yang menurut saya aneh. Mengapa aneh? Soalnya, kedua pekerja itu bekerja secara berlawanan, sehingga pekerjaan mereka tidak ada gunanya. Maksud saya tuh begini, sementara yang satu menggali lubang, yang satunya lagi – yang berada sekitar 5 meter di belakangnya, justru menimbun kembali galian itu. Aneh, kan?

Karena sadar bahwa mereka digaji dengan uang pajak saya juga, lagipula saya jadi penasaran, saya hampiri mereka dan bertanya, “Maaf, Pak, apa Bapak berdua gak salah tuh cara kerjanya?”
“Maksudnya, salah gimana, Pak?” salah seorang dari mereka balik bertanya.
“Lha, itu!” saya menunjuk temannya yang sedang menimbun lubang yang tadi dibuatnya, “Ngapain temen kamu ngurug lagi lubang yang kamu bikin itu?”
“Ooh, itu begini, Pak. Kami ini ditugaskan oleh Pemda untuk bikin saluran air.”
“Lha, airnya lewat mana? Orang kamu gali terus diurug lagi sama temen kamu gitu!”
“Ya, seharusnya nggak begitu, Pak.”
“Lha, harusnya gimana?”
“Harusnya kami ini kerjanya bertiga, Pak. Tapi yang satu lagi sakit.”
“Saya nggak ngerti. Apa hubungannya?”
“Ya maksudnya begini, Pak. Kami ini kan cuma kuli harian. Artinya, kami dibayarnya harian. Jadi, kalo kami nggak kerja, ya kami nggak dibayar. Makanya kami tetap kerja, walaupun teman kami yang satu nggak bisa kerja.”
“Saya tetep nggak ngerti, apa hubungannya sama gali-urug itu! Apa kalian cuma buat ngabis-ngabisin anggaran daerah aja?”
“Wah, nggak, Pak. Kami kerja beneran, kok. Tapi kalo soal gali-urug itu... emang... gimana ya, Pak. Soalnya... sebetulnya yang tugasnya naruh saluran airnya itu, ya teman saya yang sakit itu. Jadi, harusnya saya gali, teman saya naruh saluran, terus diurug. Tapi karena dia nggak masuk, ya bagian naruh salurannya itu nggak ada. Makanya cuma gali sama urug aja. Yang penting kami tetap kerja, kan?”

No comments:

Post a Comment