Friday, July 29, 2011

Mie Ayam di Facebook

Di daerah tempat saya tinggal, Gang Duren Gede, ada pedagang mie ayam keliling yang sangat fantastik canggihnya. Selain mie ayam jualannya memang enak dan murah, si penjualnya juga istimewa. Kami, pelanggannya, memanggilnya dengan 3 nama. Di daerah saya, dia biasa dipanggil Mas Sipit – karena matanya yang sipit, padahal dia Tegal asli – atau ada juga yang memanggilnya Mas Ojo Lali – karena di gerobak jualannya dia tulis “Mie Ayam Ojo Lali” – dan di tempat lain – menurut pengkuannya – ada yang memanggilnya dengan namanya.

Nyaris semua orang di Gang Duren Gede menjadi pelanggan setia Mas Ojo Lali ini – saya lebih suka menyebutnya demikian. Selain dia rutin lewat di Gang Duren Gede pada waktu yang tepat, yaitu sekitar pukul 15.30 – saatnya orang mulai mencari-cari kudapan sore, dia juga selalu menandai kehadirannya dengan pukulan khas pada kentongannya yang terbuat dari bambu, “Tong! Tong! Tong! Tong! Tong!”. Itu unsur tradisionalnya. Unsur canggihnya, begitu dia mau memasuki Gang Duren Gede, status Mie Ayam Ojo Lali di facebook-nya akan berbunyi: “Warga Gang Duren Gede, bersiaplah untuk menikmati jajanan sore yang muantaf-taf-taf-taf! Mie Ayam Ojo Lali segera hadir di depan rumah Anda masing-masing. Siapkan mangkuk dan uang hanya 6.000 rupiah saja. Dijamin sore Anda sekalian akan aman damai....” Dan status ini, muncul setiap kali dia akan memasuki wilayah-wilayah konsumennya.
Sebuah status yang provokatif dan amat menjual. Namun begitulah, sebagian kecil dari kami yang tekun menjadi makhluk facebook segera menyiapkan apa yang dia katakan dalam statusnya itu: mangkuk dan uang Rp. 6.000. Dan setelah itu, kami menunggu kehadirannya di depan rumah kami masing-masing. Demikian juga dengan para pelanggan yang mendengar bunyi penanda kehadirannya yang khas itu.
Suatu hari, ketika saya baru pulang dari bepergian, saya melihat Mas Ojo Lali sedang berhenti tak jauh dari mulut Gang Duren Gede. Saya pikir dia sedang istirahat, tapi ketika saya dekati, terrnyata dia sedang sibuk dengan hpnya. Wah, sepertinya ada order lewat sms nih pikir saya. Iseng dan ingin tahu, saya tanya Mas Ojo Lali, “Wah, ada yang ngorder lewat sms, Mas?”
Mas Ojo Lali menoleh saya dan menggeleng, “Bukan, Mas. Saya lagi bikin status di pesbuk saya buat warga Gang Duren Gede.”
Oh, begitu...! Tapi... lho, saya lihat hpnya Mas Ojo Lali ini hp jadul banget, yang pastinya tak mungkin ada fasilitas koneksi ke internet apalagi ke facebook. Maka, dengan rasa penasaran, saya tanya ke dia, “Lho, emang pake hp itu bisa facebook-an, Mas?”
“Ya bisa tho, Mas. Saya tinggal bikin sms, terus saya kirim ke Tri. Nah, nanti Tri yang bikinin status saya di pesbuk, sesuai sms saya, Mas. Begitu...!”
“Ooo...!” saya manggut-manggut. Tapi, kok rada bingung, ya? Memangnya provider Three sejak kapan menyediakan fasilitas menyetatuskan sms dari pelanggannya ke facebook pelanggannya? Lha, ya saya cek & ricek, dong. “Emang mulai kapan, Mas, Three ngasih layanan sms ke facebook gitu?”
“Maksud Mas Ganteng?” Mas Ojo Lali tak paham, dia memang pandai merampok hati pelanggannya dengan menyebut pelanggan dengan sebutan yang bagus-bagus.
“Maksud saya, Mas Ojo Lali ini pake kartunya Three, gitu?” jelas saya.
“Oh, bukan, Mas. Maksud saya, Tri itu adalah Trinil Gonyal-ganyil pacar saya. Dia kan punya bebe, nah pake bebe dia itu sms saya dipesbukin, Mas.”
“Eeealah, kirain Three provider itu. Gak taunya, Trinil Gonyal-ganyil. Ya udah, Mas, ntar mampir ke rumah saya, ya,” kata saya, sebelum beranjak.
“Pastinya, Mas Ganteng...!” sahut Mas Ojo Lali, gaul.
Apa kata dunia coba?

No comments:

Post a Comment