Sunday, October 9, 2011

Presiden yang Tidur di Lantai...

MARI kita membuka mata dan berkata jujur, bahwa bahkan seorang nabi yang kemuliaannya dijamin oleh Tuhan dan kedudukannya di dalam masyarakatnya dipilih langsung oleh Tuhan, tidak serta-merta disukai oleh semua orang. Apalagi seorang Mahmoud Ahmadinejad? Tapi sebagai manusia, yang menjunjung tinggi rasa keadilan, mengapa kita tidak mencoba melihat sedikit lebih banyak mengenai orang ini? 

Kita harus jujur. Kalaupun misalnya kita tak suka dengan Presiden Iran ini, sebaiknya kita ikuti singkapan dari sebagian cara hidupnya ini. Sehingga, kalau kita masih tetap ingin tak menyukainya, kita jadi punya alasan yang lebih jelas untuk itu. Jadi, bukan tidak suka lantaran opini orang lain yang membuat kita menjadi seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, ikut saja pada apa maunya orang lain. Silakan....
Sebelum kita menjenguk lebih dalam ke dalam catatan dirinya, ada baiknya kita simak dulu hasil wawancara Mahmoud Ahmadinejad dengan TV Fox (AS), soal kehidupan pribadinya:
Pertanyaannya: Saat Anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang Anda katakan pada diri Anda?
Jawab Ahmadinejad: Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya, “Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan. Hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran.”
Dan berikut ini adalah gambaran Ahmadinejad (baca: Ahmadinezhad), yang telah membuat banyak orang jadi ternganga dan terheran-heran.
1. Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan, ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu kepada masjid-masjid di Teheran, dan menggantinya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.
2. Ia mendapati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut, dan menganjurkan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, yang meskipun sederhana namun tetap terlihat impresive.
3. Di banyak kesempatan, ia suka bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.
4. Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri-menterinya untuk datang kepadanya, maka menteri-menteri tersebut akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani, yang berisikan arahan-arahan darinya, di mana dalam arahan tersebut terutama sekali, menekankan kepada para menterinya untuk tetap hidup sederhana, dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekat mereka akan diawasi, sehingga pada saat menteri-menteri tersebut berakhir masa jabatannya, dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.
5. Langkah pertamanya ketika menjabat jadi presiden, adalah mengumumkan kekayaan dan propertinya, yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu, di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu-satunya uang yang masuk ke rekening itu adalah uang gaji bulanannya.
6. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai 250 dolar Amerika (kurang dari 2,5 juta rupiah).
7. Sebagai tambahan informasi, dia masih tinggal di rumahnya.
Hanya itulah yang dimilikinya sebagai seorang presiden dari negara yang penting, baik secara strategis, ekonomis, politis, dan belum lagi secara minyak dan pertahanan.
Bahkan, ia tidak mengambil gajinya sebagai presiden. Alasannya adalah, semua kesejahteraan adalah milik negara, dan ia bertugas untuk menjaganya.
8. Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah, tas yang selalu dibawa Sang Presiden tiap hari, selalu berisikan sarapan roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya, dan ia memakannya dengan gembira. Ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.
9. Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan. Ia mengubahnya menjadi pesawat kargo, sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya. Ia juga meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.
10. Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri-menterinya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sudah dilakukan, dan ia memotong protokoler istana, sehingga menteri-menterinya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan.
Ia juga menghentikan kebiasaan upacara-upacara, seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal-hal semacam itu, saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.
11. Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar yang tak terlalu besar dan tanpa tempat tidur, karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut.
Apakah perilaku tersebut merendahkan posisinya sebagai  presiden? Lihatlah, Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya, sesudah lepas dari pengawal-pengawalnya yang selalu mengikutinya ke mana pun ia pergi.
Menurut koran Wifaq, foto-foto yang diambil oleh adiknya tersebut, kemudian dipublikasikan oleh media massa di seluruh dunia, termasuk Amerika.
12. Sepanjang sholat, Anda dapat melihat bahwa ia tidak harus duduk di baris paling muka.
13. Bahkan ketika suara azan berkumandang, ia langsung mengerjakan sholat, di mana pun ia berada, meskipun hanya beralaskan karpet biasa.
14. Belum lama ini, dia mempunyai Hajatan Besar, yaitu Menikahkan Puteranya. Tapi pernikahan putra presiden ini, layaknya hanya seperti pernikahan kaum buruh. Berikut ini adalah dokumentasi pernikahan Putra Seorang Presiden. Lihat saja makanannya, cuma ada pisang, jeruk, apel.
Nah, sekarang mari kita singkap siapa dia sebenarnya – dengan menelisik data dirinya.
Mahmoud Ahmadinejad lahir di daerah desa pertanian Aradan, dekat Garmsar, sekitar 120 kilometer arah tenggara Teheran, pada 28 Oktober 1956. Dia adalah presiden keenam Iran, yang diraihnya melalui pemilihan presiden, dengan perolehan suara sebesar 61,91%, pada pilpres 24 Juni 2005. Namun jabatan kepresidenannya baru dimulai pada 3 Agustus 2005. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Walikota Teheran sejak 3 Mei 2003 hingga 28 Juni 2005 ketika ia terpilih menjadi presiden. Secara luas, dia dikenal sebagai tokoh konservatif yang sangat loyal terhadap nilai-nilai Revolusi Islam Iran, 1979.
Keluarga
Ahmadinejad adalah anak keempat dari tujuh bersaudara, yang berasal dari keluarga Syiah. Orangtuanya, seorang Pandai Besi bernama Ahmad Saborjihan. Ketika lahir, ia diberi nama Mahmud Saborjihan. Dia menggunakan nama tersebut hingga sebuah keputusan besar mendorong keluarganya untuk hijrah ke Teheran, pada paruh kedua tahun 1950-an. Di Teheran, ayahnya lalu mengubah namanya menjadi Mahmoud Ahmadinejad, sebagai isyarat religiusitas dan semangat mencari kehidupan yang lebih baik, karena Saborjihan dalam bahasa Parsi berarti pelukis karpet, pekerjaan yang jamak dilakukan di sentra karpet seperti Aradan, sedangkan Ahmadinejad berarti ras yang unggul, bijak dan paripurna.
Pendidikan
Ahmadinejad lulus dari Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) dengan gelar doktor dalam bidang teknik dan perencanaan lalu lintas dan transportasi.
Pada tahun 1980, dia adalah ketua perwakilan IUST untuk perkumpulan mahasiswa, dan terlibat dalam pendirian kantor untuk Pereratan Persatuan (daftar-e tahkim-e vahdat), sebuah organisasi mahasiswa yang berada di balik perebutan Kedubes Amerika Serikat, yang mengakibatkan terjadinya krisis sandera Iran.
Bergabung dengan Imam Khomeini
Pada masa Perang Iran-Irak, Ahmedinejad bergabung dengan Korps Pengawal Revolusi Islam pada tahun 1986. Dia terlibat dalam misi-misi di Kirkuk, Irak. Dia kemudian menjadi insinyur kepala pasukan keenam korps, dan kepala staf korps, di sebelah barat Iran. Setelah perang, dia bertugas sebagai wakil gubernur dan gubernur Maku dan Khoy, Penasihat Menteri Kebudayaan dan Ajaran Islam, dan gubernur Provinsi Ardabil dari 1993 hingga Oktober 1997.
Walikota Teheran
Ahmadinejad kemudian terpilih menjadi Walikota Teheran pada Mei 2003. Dalam masa tugasnya, dia mengembalikan banyak perubahan yang dilakukan walikota-walikota sebelumnya, yang lebih moderat dan reformis, dan mementingkan nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan-kegiatan di pusat-pusat kebudayaan. Selain itu, dia juga menjadi semacam manajer dalam harian Hamshahri dan memecat sang editor, Mohammad Atrianfar, pada 13 Juni 2005, beberapa hari sebelum pemilu presiden, karena tidak mendukungnya dalam pemilu tersebut.
Presiden Mohammad Khatami pernah melarangnya menghadiri pertemuan Dewan Menteri, suatu hak yang biasa diberikan kepada para walikota Teheran. Hal ini dikarenakan pada waktu Khatami menuju Universitas Teheran, Khatami terjebak macet. Khatami mengkritik Ahmadinejad yang saat itu menjabat walikota Teheran. Namun bukannya tergesa-gesa membereskan masalah tersebut, Ahmadinejad justru berkata, "Bersyukurlah, karena presiden kita telah merasakan kehidupan rakyatnya yang sesungguhnya." Dan dia juga tetap santai menghadapi larangan tersebut.
Sebagai Presiden Iran
Setelah dua tahun menjabat sebagai walikota Teheran, Ahmadinejad lalu terpilih sebagai presiden baru Iran. Tak lama setelah terpilih, pada 29 Juni 2005, sempat muncul tuduhan bahwa ia terlibat dalam krisis sandera Iran pada tahun 1979. Iran Focus mengklaim, bahwa sebuah foto yang dikeluarkannya menunjukkan, Ahmadinejad sedang berjalan menuntun para sandera dalam peristiwa tersebut, namun tuduhan ini tidak pernah dapat dibuktikan.
Kontroversi
Kutipan pernyataannya dalam sebuah pertemuan di hadapan para mahasiswa, pada 26 Oktober 2005, dari pernyataan Ayatollah Khomeini yang menyerukan agar Israel "dihapus dari peta dunia", memicu kontroversi. Selain menuai kecaman dari berbagai pemimpin dunia, termasuk Presiden Shimon Peres. Peres bahkan membalas dengan menuntut agar Iran dikeluarkan dari keanggotaan di Perserikatan Bangsa Bangsa.
Pernyataan yang kontroversial ini, diulang kembali pada 14 Desember 2005. Saat itu, ia berkata bahwa Holocaust (peristiwa pembantaian terhadap kaum Yahudi oleh rezim Nazi, pada masa Perang Dunia II) hanyalah sebuah mitos yang digunakan bangsa Eropa, untuk menciptakan negara Yahudi di jantung dunia Islam. Ia juga sempat menyelenggarakan konferensi tentang Holocaust.
Iran menegaskan bahwa pengembangan teknologi nuklir merupakan hak yang tidak bisa disangkal meskipun Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menuntut Iran untuk menghentikan program pengayaan uranium. Ahmadinejad mendapat kritikan dari kalangan konservatif maupun reformis mengenai kebijakan ekonominya dan cara dia menangani isu nuklir Iran.
Dituding Keturunan Yahudi
Sebuah artikel di koran Inggris, The Daily Telegraph, yang diterbitkan pada tanggal 3 Oktober 2009, menampilkan foto Mahmoud Ahmadinejad yang diambil selama pemilu Iran. Dalam foto itu terlihat ia sedang menunjukkan surat identitasnya, dengan nama keluarga sebelumnya "Sabourjian", sebuah nama Yahudi terkenal di Iran.
Artikel tersebut mengklaim bahwa Sabourjian berarti "penenun dari Sabour," nama untuk tallit Yahudi di Persia. Artikel itu juga mengklaim bahwa keluarganya masuk Islam, dan mengubah nama keluarga setelah Ahmadinejad lahir. Artikel tersebut mengutip seorang ahli yang mengatakan, akar Yahudi Ahmadinejad, jika benar, akan menjelaskan kebencian terhadap Yudaisme dan Israel: "Setiap keluarga yang berpindah ke agama yang berbeda, akan mengambil identitas baru, dengan mengutuk iman lama mereka."
Namun, menurut para ahli Iran yang diwawancarai oleh Guardian, "Tidak ada makna semacam itu untuk kata 'sabour', dalam salah satu dialek Yahudi Persia, juga tidak berarti selendang doa Yahudi di Persia." Nama itu sebenarnya berarti "pelukis benang". Leluhur Ahmadinejad diketahui sebagai Muslim, dan kerabat Ahmadinejad mengatakan, dia mengadopsi nama baru pada saat pindah ke Teheran, untuk menghindari diskriminasi berdasarkan akar pedesaannya.
Sisi Lain Ahmadinejad
Awalnya, Ahmadinejad bukanlah orang yang terkenal, bukan tokoh ulama, juga bukan tokoh politik di negara Iran. Sebagai keturunan rakyat jelata, Ahmadinejad kecil tumbuh layaknya seorang remaja di usianya. Dikenal sebagai penggemar sepakbola dan jago bermain sepakbola. Dia juga pintar matematika. Selain itu Ahmadinejad terkenal memiliki suara yang bagus, seperti saat membaca Al-Quran maupun pidato.
Melihat pada latar belakang keluarganya, jelas tidak ada yang mengira kalau Mahmoud Ahmadinejad dapat terpilih menjadi Presiden Iran. Soalnya, 6 kandidat presiden lainnya merupakan tokoh ulama atau tokoh politik yang memiliki sumber dana besar. Ahmadinejad terpilih karena rakyat menyukai gaya dan sifatnya yang sederhana. Saat menjabat Walikota Teheran, ke mana-mana ia selalu menyetir sendiri, tetap tinggal di rumah susunnya, membersihkan lingkungannya sendiri, suka mengamati sendiri setiap sudut kota, dan lain-lain aktivitas semacam itu.
Sifatnya yang sederhana ini masih terlihat saat Ahmadinejad terpilih menjadi Presiden. Karpet-karpet merah Persia yang mahal dikeluarkan semua dari istana, menolak mobil limosine dan tetap setia menggunakan mobil tuanya, serta tetap tinggal di rumah susunnya.
Selain sifatnya yang sederhana, ia juga dicintai karena lebih mementingkan memperbaiki ekonomi negara ketimbang bidang-bidang lain, dan memperjuangkan setiap pendapatan minyak bumi agar jatuh ke meja makan rakyat Iran.
“Saya tidak akan berhenti hingga semua rakyat biasa di Iran dapat makan,”  janji Ahmadinejad.
Dalam menghadapi tekanan Barat pun Ahmadinejad berani dan tegas.
 “Anda yang menciptakan dan menggunakan senjata biologis saat perang Irak-Iran. Anda yang menggunakan peluru beruranium. Apa hak Anda melarang kami (Iran) mengembangkan teknologi nuklir untuk energi dan perdamaian?” kecam Ahmadinejad, sebagai reaksi atas larangan Barat terhadap proyek nuklir Iran.
Suatu ketika, Ahmadinejad mendapat pertanyaan dari wartawan Jepang, “Tuan Presiden, kenapa Anda masih mempertahankan pengembangan teknologi nuklir yang mengancam perdamaian dunia?”
Ahmadinejad menjawab dengan tenang, “Anda seharusnya tidak perlu mengkhawatirkan kami (Iran). Anda harusnya lebih khawatir kepada negara yang pernah menjatuhkan bom nuklir ke negara Anda.”
Kesederhanaan, pengabdian tulus pada negara dan keberanian dalam menghadapi tekanan Barat, membuat Mahmoud Ahmadinejad makin dicintai rakyatnya. Namun, tentu saja tidak ada yang bisa melarang siapa pun untuk tetap tak menyukai atau membenci dia. Itu hak tiap orang, bahkan mereka yang paling bodoh....

No comments:

Post a Comment