Sunday, August 7, 2011

Awas, plastik!

Ini zaman plastik. Kita mau ikut atau tidak mau ikut dengan muatan zaman ini, kita tetap akan sama merasakan dampaknya. Dan inti soalnya pun bukan itu. Melainkan, kalau kita terpaksa harus menggunakan plastik, karena tidak ada pilihan lain, kita tidak mendapat plastik yang salah untuk digunakan, yang otomatis bisa berakibat tidak baik pada diri kita – dalam bentuk dan pengertian apa pun.

Kenyataannya, saat ini plastik sudah menjadi bagian dari keseharian kehidupan kita. Karena plastik telah dibuat menjadi aneka perabotan rumah tangga dan juga benda-benda berguna lainnya. Hal itu karena sifat praktis dan eknomis yang dimiliki plastik. Murah. Tak gampang pecah. Dan masih banyak lagi alasan rasional yang mendorong kita untuk menggunakan plastik. Termasuk untuk dibuat sebagai wadah makanan.
Tapi masalahnya, plastik dibuat dari bahan yang berbeda-beda, sesuai dengan peruntukannya. Ada yang aman digunakan untuk wadah makanan, ada yang beracun karena memang diperuntukkan bukan buat makanan. Karena itu, kita tidak mau sampai menggunakan plastik yang salah untuk wadah soto kesukaan kita, kan? Nah, berarti tulisan ini bisa berguna buat kita – supaya bisa menikmati soto kesukaan kita tanpa bumbu racun plastik.
Setiap produk plastik, sebenarnya harus diberi kode berupa segitiga anak panah. Di dalam segitiga itu ada kode angka, dan di bawah segitiga ada kode hurup yang merupakan singkatan dari bahan pembuat plastik tersebut. Dengan memahami kode-kode itu, maka kita akan terhindar dari salah menggunakan produk plastik, dan juga tahu peruntukan selanjutnya melalui daur ulang.


Jadi, mari kita simak dan cermati kode-kode produk plastik di bawah ini:
1: Polyethylene Terephthalate (PET/PETE)
Bentuk pertama, umumnya berupa wadah transparan untuk kemasan soda, air, bir, cairan pencuci mulut, selai kacang, salad, minyak nabati, dan lain-lain. Produk ini merupakan kemasan hanya untuk sekali pakai. Karena semakin lama isinya berada dalam kemasan ini, maka kandungan kimia yang terlarut akan semakin banyak.
Daur ulang dilakukan melalui program daur ulang yang paling sederhana.
Bentuk kedua, berupa bahan polar berserat, tas gendong, furnitur, karpet, pelapis panel, dan kadang-kadang dibuat menjadi wadah plastik.
2: High Density Polyethylene (HDPE)
Bentuk pertama, berupa botol susu, botol jus, wadah pemutih, wadah deterjen, botol pembersih dalam peralatan rumah tangga, botol shampoo, kantong sampah dan kantong belanja, botol oli motor, juga biasa digunakan sebagai kemasan obat atau bahan kosmetik.
Daur ulang dilakukan melalui program daur ulang yang paling sederhana.
Bentuk kedua, berupa botol deterjen, wadah daur ulang, lantai, pipa drainase, bangku, meja piknik, pagar, dan lain-lain.
3: Polyvinyl Chloride (PVC)
Bentuk pertama, sebagai alat pembersih jendela dan botol deterjen, botol shampoo, kemasan bening makanan, pelapis kabel, peralatan kedokteran, jendela, pipa, dan lain-lain. Produk ini merupakan zat yang paling berbahaya. Sering digunakan sebagai saluran air, bahan bangunan, kadang kala digunakan sebagai mainan anak. Untuk para orangtua harus lebih memperhatikan mainan anaknya karena produk ini biasanya dibuat untuk mainan anak-anak di bawah usia.
Daur ulang, jarang dilakukan pada plastik jenis ini, karena untuk mendaur-ulangnya memakan biaya yang cukup tinggi. Jumlah yang dibutuhkan untuk mendaur-ulang plastik jenis ini menjadi bentuk lain seringkali tidak mencukupi, dan karenanya beberapa tempat pengolahan plastik tidak mau menerima plastik jenis ini.
Bentuk kedua, berupa dek, panel, penutup lumpur dan selokan jalan, pembuatan lantai, kabel, polisi tidur, tikar.
4: Low Density Polyethylene (LDPE)
Bentuk pertama, botol yang dapat diremas, kantong roti, bungkus sayuran, daging beku, laundri dan belanja; tas gendong, karpet, dan lain-lain.
Daur ulang, jarang diambil untuk program daur ulang, namun beberapa toko menerima kantong belanjaan untuk di daur ulang.
Bentuk kedua, pinggiran tempat sampah, tempat pembuatan kompos, paneling, dan lantai.
5: Polypropylene (PP)
Bentuk pertama, berupa kemasan untuk kemasan makanan dan minuman, botol sirup, botol saus, topi, sedotan, botol obat, popok, margarin, botol shampo, botol bayi, dan lain-lain.
Daur ulang, melalui program daur ulang biasa.
Bentuk kedua, kabel, batu baterai, sikat, tempat baterai, pengaduk es, pinggiran taman, rak sepeda, tong, dan lain-lain.
6: Polystyrene (PS)
Bentuk pertama, berupa piring atau cangkir sekali pakai (dari styrofoam yang sudah lama dianggap sebagai penyebab kanker), wadah daging, kardus telur, lemari portable (contohnya lemari plastik yang berlaci banyak), botol aspirin, tempat CD. Polystyrene merupakan zat yang berbahaya bagi tubuh. Jika makanan berminyak dipanaskan dalam wadah ini, styrene dapat berpindah ke dalam makanan, maka menggunakan bahan ini sebagai wadah makanan tidak dianjurkan.
Daur ulang, melalui program daur ulang biasa.
Bentuk kedua, penghangat, piringan lampu, kardus telur, penggaris, ventilasi, wadah busa, lemari plastik.
7: Kategori lainnya
Bentuk pertama, botol berukuran 3 sampai 5 galon, bahan-bahan anti peluru, kaca mata sunglasses, DVD, iPod, casing komputer, nylon, penampang dan tanda-tanda di jalan, dan lain-lain. Yang termasuk dalam kategori ini adalah bahan plastik yang tidak termasuk dalam 6 kategori diatas. Dalam kategori ini termasuk Polycarbonate yang juga berbahaya bagi tubuh. Tetapi, ada juga bahan yang baik untuk lingkungan karena dapat diurai yang disebut bioplastik yang terbuat dari tepung jagung, kentang, tebu.
Daur ulang, tidak didaur-ulang secara tradisional, namun beberapa program daur ulang kadang mengambil barang-barang plastik dari kategori ini.
Bentuk kedua, plastik berpenampang kayu, produk-produk khusus.
Berdasarkan uraian di atas, maka bahan plastik yang aman digunakan untuk kemasan bahan makanan adalah yang berkode 2, 4, 5. Untuk kode no. 7 karena tidak diberitahu secara jelas dari bahan apa dibuat, maka harus sangat diperhatikan dan dicari tahu dari bahan apa palstik tersebut dibuat. Sedangkan untuk kode lainnya kita harus menggunakan sesuai anjuran agar tidak membahayakan bagi kesehatan kita.

No comments:

Post a Comment