Nah, kalau dompetnya sudah ringsek, langsung dia “terjun bebas” dengan makan mi instan setiap hari. Celakanya, itu pun hanya sampai awal-awal tanggal 20-an. Biasanya kalau sudah lewat tanggal 25, dia harus mengencangkan ikat pinggangnya sekencang-kencangnya. Bahkan terkadang harus puasa, kalau para atasannya sedang tidak berhati baik – memberinya persen kalau menyuruh. Itu sebabnya penyakit “semacam insomnia”nya kambuh kalau sudah tanggal-tanggal penuh derita itu. Matanya susah dipejamkan karena perutnya selalu berisik (dalam irama keroncongan). Akibatnya, dia jadi sering kesiangan.

Celakanya Gayus, rupanya Boss Besar juga punya penyakit insomnia. Maka demi kelancaran bisnisnya, beliau memberikan beberapa obatnya kepada Gayus, disertai ancaman, “Awas kamu kalau sampai telat lagi!”
Dengan yakin Gayus menjawab, “Beres, Pak. Sekarang masalah saya teratasi.”
Benar saja, obat itu berhasil mengatasi “pagelaran keroncongan” di perutnya. Dia tidur pulas-las biarpun perutnya rock & roll-an. Ketika dia terjaga pada pagi hari, ia bahkan mendahului waktu yang disetel pada wekernya. Maka, setelah mandi dan sarapan air putih dua gelas, dia berangkat. Waktu sampai di kantor, dia berpapasan dengan Boss Besar. Maka dengan bangganya dia bilang, “Berhasil, Pak. Obat Bapak membuat saya tidur pulas sampai pagi. Dan, saya nggak telat lagi, kan?”
Sambil mendelik, Boss Besar bilang, “Betul, hari ini kamu memang nggak telat. Tapi dua hari kemarin kamu ke mana?”
No comments:
Post a Comment