Di alun-alun Kota Kabupaten Batang juga begitu. Karena ada pawai yang digelar dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, maka masyarakat pun berkumpul. Dan para tukang dan pedagang menebar jaring untuk menangguk untung. Maka, ada acara nonton pawai sambil makan pecel pincuk dan minum dawet. Dan para bocah, dengan taktis langsung menunjuk tukang odong-odong. Harus! Jadi, sementara anaknya asyik dengan odong-odong, ibunya tak mau ketinggalan tontonan – memanjang-manjangkan lehernya sambil berjingkat.
Atau, pintar-pintarnya si anak,mumpung orangtuanya lagi gembira oleh tontonan, maka ia minta dibelikan mainan atau makanan yang selama ini ‘jauh dari harapan’. Kalau tak dibelikan, ya menangis histeris. Hayo, mau membelikan apa mau malu? Biasanya, orangtua lalu menyerah, mengalah, dan membelikan. Tapi nanti di rumah, habislah anak itu dihajar – siapa tahu, toh?
Jadi, kemeriahan makin meriah. Yang pawai ramai dengan nyanyi dan tabuhannya, yang naik odong-odong asyik sampai beberapa lagu anak-anak usai diputar, yang beli mainan lantas gandrung dengan mainan barunya, dan yang jajan bergembira menikmati jajanannya. Kapan lagi bisa pesta-pora macam begini? Karenanya semua gembira pada saat peringatan proklamasi itu.

No comments:
Post a Comment