Saturday, November 26, 2011

Gigi Sensitif, Ini Cara Mengatasinya

GIGI sensitif sekarang ini sudah hampir menjadi penyakit umum bagi masyarakat, terutama di kalangan mereka yang sudah berusia setengah baya. Sehingga minum es atau makan makanan yang asam jadi dihindari. Ada baiknya memang, tapi tentu saja jadi mengurangi kenikmatan hidup. Bukan begitu?
Jadi, daripada hidup kita kurang nikmat karena tak bisa menikmati yang dingin-dingin dan yang 'seger-seger asem', maka mari kita bahas saja soal gigi sensitif ini. Siapa tahu bisa jadi jalan keluar buat kembalinya kenikmatan hidup kita. Mari.
Seperti kata iklan pasta gigi untuk gigi sensitif, gejala masalah pada gigi ini ditandai dengan rasa ngilu yang tajam dan berlangsung singkat. Itu pertanda utama gigi sensitif! Tapi, ada tiga tipe gigi sensitif, yaitu sensitif terhadap suhu (thermal), terhadap zat kimia tertentu (chemist, misalnya makanan asam, atau manis), dan terhadap sentuhan (tactile - umumnya ngilu kalo lagi gosok gigi).
Menurut dokter gigi, yang penyebab utama gigi sensitif ialah karena email gigi yang tergerus sehingga dentin gigi terbuka atau terekspos, yang kemudian menyebabkan timbulnya rasa ngilu ketika orang tersebut mengonsumsi makanan atau minuman tertentu. Penggunaan sikat gigi yang berbulu kasar, atau terlalu keras saat menyikat gigi, dan juga cara menyikat gigi yang keliru merupakan faktor utama penyebab tergerusnya email gigi.
Intinya masalahnya adalah email gigi. Artinya, kalau email sehat, gigi juga pasti sehat. Penyebab lain dari gigi sensitif ialah karena gigi retak atau tambalan gigi yang terlepas. Gigi sensitif dapat juga disebabkan oleh “bruxism”, atau kebiasaan menggeruskan gigi pada saat tidur, atau di bawah alam sadar.
Gigi sensitif ini umumnya dialami oleh orang-orang pada usia produktif. Namun, pada beberapa kasus, gigi sensitif juga bisa  ditemukan pada anak-anak remaja dan manula. Meskipun belum ada penelitian khusus yang mengaitkan gender dengan gigi sensitif ini, namun pengalaman menunjukan bahwa penderita gigi sensitif ini lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. Faktor hormonal kerap menjadi pemicu gigi sensitif pada wanita hamil, meskipun tidak semua wanita hamil mengalaminya.
Gigi sensitif juga bisa menjadi tanda dari gejala penyakit yang lain. Diabetes, misalnya. Karena pada penderita diabetes, penciutan tulang berjalan lebih cepat daripada orang normal. Kondisi ini otomatis menyebabkan gusi penderita diabetes jadi rentan mengalami penurunan, sehingga dentin terekspos dan gigi menjadi sensitif. 
Cara pencegahan gigi sensitif yang terbaik ialah dilakukan sejak usia dini. Dimulai dengan memberi asupan nutrisi yang seimbang saat masih bayi, dan ketika gigi anak mulai tumbuh, tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan terapi flouride, dan dengan mengajari anak cara menyikat gigi yang benar. Selain itu, melakukan kontrol ke dokter gigi sekurang-kurangnya 6 bulan sekali juga tak kalah penting.
Dan apabila pasien sudah terlanjur menderita gigi sensitif, maka dokter akan melakukan tindakan pengobatan yang metodenya tergantung pada tingkat keparahannya. Gigi sensitif ringan,  biasanya akan sembuh hanya dengan mengaplikasikan pasta gigi berkadar flouride tinggi. Namun bila penggunaan pasta gigi tidak memberikan perkembangan, tindakan pengobatan bisa dilakukan dengan penambalan gigi,  atau perawatan saluran syaraf yang membutuhkan beberapa waktu. Tapi biasanya, metode yang terakhir itu diaplikasikan apabila gigi sudah terekspos mendekati ruang saraf. 
Tips dari dokter gigi bagi para penderita gigi sensitif. Silakan dicoba mempraktikkannya sebelum tidur. Sikatlah gigi dengan menggunakan pasta gigi berkadar flouride tinggi, kemudian jangan berkumur. Cukup meludah saja, kemudian langsung tidur. Cara ini  cukup efektif, karena jika kita berkumur setelah sikat gigi, fluoride yang terkandung di dalam pasta gigi tersebut akan tersapu oleh air yang dikumur, sehingga hasilnya tidak maksimal. Tips ini mestinya efektif untuk kasus gigi sensitif ringan.
Kalau ingin gigi Anda selalu sehat, ya sebaik rajin berkonsultasi kepada dokter gigi. Sebab, bagaimanapun juga, menjaga dan mencegah adalah lebih baik daripada mengobati.

No comments:

Post a Comment