Wednesday, June 29, 2011

Perjalanan Menghadap Tuhan

Dalam firman-Nya, Allah menantang manusia dan jin untuk menembus ketinggian langit atau kedalaman bumi, untuk membuktikan sendiri kebesaran ciptaan-Nya. Namun Allah juga mengingatkan bahwa tidaklah mungkin manusia maupun jin melakukan itu, kecuali dia mengetahui ilmunya. Ya, ilmunya. Itulah inti kekuatan manusia dan jin. Ilmu. Karena ilmu adalah karunia terhebat yang bisa diraih oleh jin dan manusia dari Allah, untuk bisa menyingkap rahasia-rahasia kebesaran ciptaan-Nya. Dan Allah memberi contoh dengan memperjalankan hamba kecintaan-Nya, Rasulullah SAW, dari Mekah ke Baitulmaqdis di Jerusalem, kemudian naik menuju ke Sidratul Muntaha – di langit ketujuh, untuk menghadap langsung kepada-Nya, guna menerima perintah melaksanakan sholat bagi hamba-hamba-Nya. 
Itulah Isra Mi’raj, sebuah peristiwa yang sampai sekarang masih dianggap tak masuk akal oleh orang-orang yang tak beriman. Dan walaupun Allah telah menunjukkan bukti-bukti kebenaran perjalanan itu, namun tetap saja orang-orang itu tak mau mempercayainya. Mengapa? Karena mereka belum mampu membuktikan bahwa hal itu memang bisa dilakukan – oleh mereka yang telah mengetahui ilmunya. Jadi, pengingkaran itu sesungguhnya mereka lakukan karena mereka belum mengetahui bahwa hal itu memang bisa dilakukan. Padahal, serpihan-serpihan pengetahuan mengenai peristiwa Isra Mi’raj telah mereka temukan, dan wujudkan dalam teknologi kedokteran dan transportasi.
Berikut ini adalah riwayat ringkas dari Peristiwa Isra Mi’raj. Semoga menjadi penambah wawasan bagi Anda, dan bisa dijadikan bahan untuk diceritakan kepada anak-cucu....
Sebuah riwayat menuturkan: Pada suatu malam, Nabi Muhammad SAW sedang berada di Hijir Ismail, dekat Kabah Al Musyarrofah, bersama paman beliau – Sayyidina Hamzah, dan sepupu beliau – Sayyidina Jakfar bin Abi Thalib. Ketika itu beliau tengah berbaring-baring di antara mereka. Tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu mengajak beliau ke arah sumur zamzam. Setibanya di sana, kemudian ketiga malaikat itu meminta Rasulullah merebahkan tubuhnya. Ketika Rasulullah telah merebahkan diri, Jibril AS kemudian membelah dada beliau.
Dalam riwayat yang lain dituturkan: Pada suatu malam, Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil diutus Allah untuk menemui Rasulullah SAW. Ketiga malaikat itu membuka atap rumah Rasulullah kemudian masuk menemui beliau. Mereka kemudian mengajak Rasulullah ke sumur zamzam. Di sana, mereka meminta agar Rasulullah merebahkan diri. Setelah beliau rebah, kemudian Jibril AS membelah dada beliau sampai di bawah perut, lalu Jibril berkata kepada Mikail:
"Datangkan kepadaku nampan dengan air zamzam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya."
Perlu kita pahami bahwa penyucian ini bukan berarti hati Rasulullah kotor. Tidak. Karena Rasulullah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulia. Maksud penyucian hati beliau itu, tidak lain justru untuk menambah kebersihan di atas kebersihan, kesucian di atas kesucian, dan agar lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena beliau akan melakukan suatu perjalanan maha-dahsyat yang penuh hikmah, serta sebagai kesiapan untuk berjumpa langsung dengan Allah SWT.
Dalam pembedahan itu, Jibril AS mengeluarkan hati Rasulullah lalu menyucinya tiga kali. Setelah itu, didatangkan satu nampan emas yang dipenuhi oleh hikmah dan keimanan. Lalu isi nampan itu dituangkan ke dalam hati Rasulullah, sehingga penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu, dan kepasrahan penuh kepada Allah. Selanjutnya, Jibril AS menutup kembali dada Rasulullah. Ini pelajaran yang kemudian berkembang dalam ilmu kedokteran, yaitu ilmu pembedahan.
Usai prosesi penyucian itu, kemudian disiapkan sebuah alat transportasi untuk Rasulullah melakukan perjalanan ini, yaitu seekor Buroq, lengkap dengan pelana dan kendalinya. Binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar tapi lebih rendah dari baghal. Buroq meletakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya. Kedua telinganya panjang. Jika turun, dia mengangkat kedua kaki depannya. Buroq ini Allah ciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya, untuk membantu kecepatannya.
Ketika hendak menaiki Buroq, Rasulullah merasa kesulitan. Maka Jibril AS meletakkan tangannya pada wajah Buroq, sembari berkata, "Wahai Buroq, tidakkah kamu merasa malu? Demi Allah, tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulia daripada dia (Rasulullah)." Mendengar ini, Buroq merasa malu, sehingga sekujur tubuhnya berkeringat. Setelah ia tenang, barulah Rasulullah naik ke atas punggungnya. Sesungguhnya, sebelum Rasulullah SAW, telah banyak nabi yang menaiki Buroq ini.
Bagi kaum yang berpikir, Buroq ini merupakan petunjuk bahwa dimungkinkan untuk membuat alat transporasi yang memiliki tingkat kecepatan sangat tinggi, bahkan menembus kecepatan suara atau cahaya. Dari konsep Buroq ini, setidaknya telah menghasilkan rekayasa teknologi dalam bentuk pesawat, baik pesawat terbang maupun pesawat antariksa. Namun yang belum mampu dicapai oleh teknologi manusia adalah pencapaian kecepatan hingga kecepatan cahaya.
Dalam perjalanan Isra’ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha itu, Jibril menemani di sebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri. Menurut riwayat Ibnu Sa'ad, Jibril memegang sanggurdi pelana Buroq, sedang Mikail memegang tali kendali.
Pada malam 27 Rajab itu, mereka melaju menembus jarak, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah, dengan inayah dan rahmat-Nya. Di tengah perjalanan, mereka berhenti di suatu tempat yang penuh pohon kurma, Malaikat Jibril kemudian berkata, "Turunlah di sini dan sholatlah."
Dengan tanpa banyak tanya, Rasulullah segera mendirikan sholat di tempat itu. Setelah beliau selesai sholat, Jibril bertanya, "Tahukah Anda, di mana Anda sholat?"
"Tidak," jawab Rasulullah.
Jibril menjelaskan, "Anda telah sholat di Thoybah (nama lain dari Madinah) dan ke sanalah Anda akan berhijrah."
Mereka kembali mengendarai Buroq dan berangkat, melanjutkan perjalanan. Secepat kilat Buroq melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, dan mereka melesat. Di suatu tempat, tiba-tiba Jibril berseru, "Berhentilah dan turunlah Anda serta sholatlah di tempat ini!" 
Kembali Rasulullah mematuhi anjurannya. Beliau sholat. Setelah sholat dan kembali ke atas Buroq, Jibril AS memberitahukan bahwa beliau barusan sholat di Madyan, di sisi pohon di mana dahulu Musa bernaung di bawahnya, beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.
Dalam perjalanan selanjutnya, Rasulullah turun di Thur Sina', sebuah lembah di Syam, tempat di mana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT. Beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak oleh beliau istana-istana Syam. Beliau turun dan sholat di sana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata, "Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkannya Nabi Isa bin Maryam."
Ketika melanjutkan perjalanan lagi, tiba-tiba beliau melihat Jin Ifrit, yang mengejar beliau dengan semburan api. Setiap kali menoleh, beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata kepada beliau, "Tidakkah aku ajarkan kepada Anda beberapa kalimat, jika Anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?"
Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan lagi, sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen maka pohon-pohon itu kembali seperti awalnya, dan begitu seterusnya.
Melihat keanehan tersebut, Rasulullah SAW bertanya, "Wahai Jibril, siapakah mereka itu?"
Jibril menjawab, "Mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.”
Lantas, beberapa saat kemudian, beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya, "Wahai Jibril bau wangi apakah ini?"
"Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya," jawab Jibril AS.
Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun. Suatu hari, ketika dia sedang  melaksanakan pekerjaannya, tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan, "Bismillah, celakalah Firaun."
Mendengar perkataannya itu, anak Firaun bertanya, "Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?"
Masyithoh menjawab tegas, "Ya."
Kemudian anak Firaun mengancam akan memberitahukan hal ini kepada ayahnya. Dan ia melakukannya.
Maka, Masyithoh ditangkap dan dihadapkan kepada Firaun. Raja yang lalim itu lantas bertanya, "Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?"
Masyithoh menjawab dengan tegas dan tanpa rasa takut sedikit pun, "Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."
Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, maka Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali Masyithoh dan suaminya, yang tetap beriman kepada Allah itu, agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa. Namun iman Masyithoh dan suaminya tak tergoyahkan. Bahkan Masyithoh berkata, "Jika kamu hendak membinasakan kami, silakan. Namun kami harap, jika kami terbunuh, kuburkanlah kami dalam satu tempat."
Merasa usahanya akan sia-sia, maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga, yang diisi minyak dan air, kemudian dipanaskan. Setelah betul-betul mendidih, Firaun lalu memerintahkan agar mereka semua dilemparkan kedalamnya. Maka, satu per satu keluarga Masyithoh syahid, hingga akhirnya tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu dalam dekapannya.
Dengan izin Allah, anak itu berkata kepada ibunya, "Wahai ibuku, lompatlah. Jangan takut. Sungguh engkau berada pada jalan yang benar.” Kemudian Masyithoh dan anaknya itu dilemparkan ke dalam kuali yang mendidih itu.
Rasulullah kemudian melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur. Setiap kali hancur, kepala yang remuk itu utuh kembali lagi seperti semula, dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.
Rasulullah juga bertemu sekelompok kaum, dimana di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah dimasak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untuk menyantap daging yang mentah lagi busuk itu. Ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab, "Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan juga para wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina dengannya."
Ketika Rasulullah melanjutkan perjalanan kembali, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan, "Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku," tapi Rasulullah tidak mempedulikannya. Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu, maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan Nasrani, namun Rasulullah tidak menjawabnya. Walhamdulillah.
Lalu tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata, "Wahai Muhammad, lihatlah kepadaku," tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata, "Wahai Nabi, itu adalah dunia, seandainya Anda menjawab panggilannya, maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat."
Itulah fragmen-fragmen yang terjadi dalam perjalanan yang ditempuh Rasulullah SAW yang ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu, sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Rasulullah turun dari Buroq lalu mengikat kekangnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya para nabi mengikat Buroq di sana.
Kemudian Rasulullah masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS. Di sana, mereka masing-masing melakukan sholat dua rakaat. Setelah itu, atas kehendak Allah, dalam sekejab mata masjid sudah dipenuhi oleh jamaah, yang ternyata mereka itu adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT sebelum Rasulullah SAW. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah. Semuanya lantas berdiri bershaf-shaf, menunggu siapa yang akan mengimami mereka. Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, mereka kemudian sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Hal itu merupakan indikasi bahwa Rasulullah adalah imamnya (pemimpin) para Anbiya' dan Mursalin.
Setelah melalui semua itu, Rasulullah SAW merasa haus. Jibril membawakan dua wadah yang masing-masingnya berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya.
Jibril berkata, "Sungguh Anda telah memilih kefitrahan, yaitu al Islam. Jika Anda memilih khamar, niscaya umat Anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat Anda".
Setelah melakukan Isra dari Mekah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian Rasulullah didampingi malaikat Jibril AS siap melakukan Mi'raj, yakni melakukan perjalanan naik ke langit, menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa, sampai akhirnya beliau berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan-Nya, yang intinya adalah beliau dan umatnya mendapat perintah untuk melaksanakan sholat. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, dimana Allah SWT memanggil nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulia ini. Ini merupakan bukti akan derajat kemuliaan ibadah sholat. Sebab ibadah-ibadah lainnya diperintahkan-Nya hanya melalui turunnya wahyu kepada Rasulullah.
Ketika perjalanan Mi’raj sampai pada langit lapis pertama, tatkala Rasulullah dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit yang pertama itu), ternyata di sana berdiri menjaga malaikat yang bernama Ismail. Malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi, kecuali pada saat meninggalnya Rasulullah SAW. Malaikat Ismail ini memimpin 70 ribu tentara malaikat, yang masing-masing malaikat itu membawahi juga 70 ribu malaikat lainnya.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka. Maka Malaikat Ismail, yang menjaganya itu bertanya, "Siapakah ini?"
Jibril menjawab, "Aku, Jibril."
Malaikat Ismail bertanya lagi, "Siapakah yang bersamamu?"
Jibril menjawab, "Muhammad SAW."
Malaikat Ismail bertanya lagi, "Apakah beliau telah diutus (diperintah)?"
Jibril menjawab, "Benar."
Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah, para malaikat yang bermukim di langit lapis pertama itu menyambut dan memuji beliau dengan berkata, "Selamat datang, semoga keselamatan menyertai Anda, wahai saudara dan pemimpin. Andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin, serta paling utamanya makhluk yang datang."
Maka dibukalah pintu langit dunia itu.
Di langit pertama ini, Rasulullah bertemu dengan Nabi Adam dalam bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Rasulullah SAW memberi salam kepada beliau. Nabi Adam menjawab salam Rasulullah seraya berkata, "Selamat datang wahai anakku yang sholeh, dan nabi yang sholeh."
Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Jibril AS menjelaskan hal itu kepada Rasulullah, bahwa kelompok di sebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga, sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini. Tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia, yang perutnya membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular (isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar), sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba. Di sana beliau juga menemui suatu kaum, dimana daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka, "Makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah."
Kemudian Rasulullah naik ke langit kedua. Seperti sebelumnya, malaikat yang menjaga pintu langit kedua juga bertanya dengan pertanyaan seperti di langit pertama. Akhirnya kedatangan beliau dan Jibril AS disambut seperti sebelumnya. Di langit ini, beliau berjumpa dengan Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya.
Rasulullah menggambarkan Nabi Isa sebagai seorang yang berpostur sedang, putih  kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas'ud ats Tsaqafi.
Nabi memberi salam kepada Nabi Isa dan Nabi Yahya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan, "Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh."
Perjalanan Mi’raj dilanjutkan lagi ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya'kub di situ. Rasulullah memberi salam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.
Nabi berkomentar mengenai Nabi Yusuf ini, "Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan." Namum dalam riwayat lain disebutkan, beliau bersabda, "Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang."
Ketika Rasulullah tiba di langit keempat, beliau berjumpa dengan Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti oleh nabi-nabi sebelumnya.
Di langit kelima, Rasulullah berjumpa Nabi Harun bin Imran AS. Separuh janggutnya hitam dan separuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu' mendengarkan petuahnya.
Ketika sampai di langit keenam, Rasulullah berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat lebih banyak dari itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.
Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diminta agar mengangkat kepala, dan seketika beliau tertegun serta kagum, karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara, "Itulah umatmu. Dan selain mereka, terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab."
Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulitnya. Rasulullah memberi salam kepadanya, dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu, Nabi Musa berkata, "Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulianya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah SAW) lebih mulia di sisi Allah daripada aku."
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Ketika ditanya akan hal tersebut Nabi Musa menjawab: "Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku."
Kemudian Rasulullah memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS, sedang duduk di atas kursi dari emas, di sisi pintu surga, sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.
Setelah Rasulullah memberi salam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan, "Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas."
Rasulullah bertanya, "Apakah tanaman surga itu?"
Nabi Ibrahim menjawab, "(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim."
Dalam riwayat lain disebutkan, Nabi Ibrahim berkata, "Sampaikan salamku kepada umatmu. Beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya, dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar."
Kemudian Rasulullah naik lagi sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon yang amat besar, sehingga seorang penunggang kuda yang cepat pun tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya, sekalipun dalam waktu 70 tahun. Di bawahnya, memancar sungai yang airnya tidak berubah rasa, bau, dan warnanya. Sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya, sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau. Setelah itu, beliau memasuki surga, dan melihat bahwa di sana ada berbagai macam keindahan dan kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, di dengar telinga, bahkan terlintas di dalam hati setiap insan.
Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikit pun, yang di wajahnya selalu tampak kemurkaan.
Dalam satu riwayat disebutkan, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan beraneka warna. Pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu, hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, yaitu berjumpa dengan Allah SWT.
Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhluk pun diizinkan berdiri di sana, tempat yang tak seorang makhluk pun mampu mencapainya, atas izin-Nya, Rasulullah melihat-Nya dengan mata beliau secara langsung. Maka, saat itu juga, beliau langsung menjatuhkan diri bersujud di hadapan Allah SWT.
Allah berfirman, "Wahai Muhammad."
"Labbaik, wahai Rabbku," jawab beliau.
"Mintalah sesuka hatimu," firman-Nya.
Nabi berkata, "Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat). Engkau mengajak bicara Musa. Engkau berikan Daud kerajaan dan kekuasaan yang besar. Engkau berikan Sulaiman kerajaan yang agung, lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan, serta angin. Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil, dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang, serta menghidupkan orang mati."
Allah berfirman, "Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasih-Ku."
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan, dari sahabat Anas bin Malik, bahwa Rasulullah bersabda, "... kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit keenam), lalu dia (Musa) bertanya, "Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat Anda?"
Aku menjawab, "50 sholat."
Musa berkata, "Kembalilah kepada Rabbmu, dan mintalah keringanan. Sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya."
Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata, "Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah."
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman, "Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat."
Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun dia tetap berkata, "Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan."
Maka aku katakan kepadanya, "Aku telah berkali-kali kembali kepada-Nya sampai aku malu kepada-Nya".
Setelah beliau menerima perintah ini, maka Rasulullah turun dan kembali menaiki Buroq untuk pulang ke Mekah al Mukarromah. Menurut satu riwayat disebutkan, ketika beliau kembali duduk/berbaring ke tempatnya semula, tempat itu masih terasa hangat.
Dari perjalanan Isra Mi’raj itu, sesungguhnya kita telah diberitahu oleh Allah bahwa hamba-Nya akan mampu untuk menembus ketinggian langit – bahkan hingga sampai ke hadapan-Nya, asalkan mengetahui ilmunya dan memiliki kesucian hati yang memenuhi prasyarat yang telah ditentukan Allah. Dan selain itu, melihat pada cepatnya perjalanan – padahal menempuh jarak yang teramat sangat jauh itu, bisa jadi itu merupakan petunjuk bagi kita bahwa kita sesungguhnya mempunyai peluang untuk dapat menembus ruang dan waktu. Dan apakah kita akan mungkin menemuka ilmunya? Wallahu ‘alam.

No comments:

Post a Comment