Sunday, June 26, 2011

Kisah Sebuah Batu Kusam

Suatu hari, ketika seorang pengrajin batu sedang berjalan di gunung yang sangat gersang, ia melihat seonggok batu dengan warna coklat kusam yang telah diselimuti oleh lumut dan penampakan luarnya relatif lapuk. Namun naluri Sang Pengrajin itu mengatakan ada sesuatu yang berharga di balik penampilan yang tak menarik itu. Maka, dengan sekuat tenaga, Sang Pengrajin mengayunkan godamnya ke batu itu berkali-kali, hingga akhirnya ia mendapatkan bongkahan batu sebesar kepala, dan mulai terlihat warna asli batu tersebut adalah putih.

Batu itu dibawanya pulang lalu dipotongnya dengan menggunakan gerinda (alat pemotong batu), hingga percikan api hasil gesekan dengan batu itu sesekali terlihat. Dihaluskannya permukaannya yang kasar dari batu tersebut dan lantas dipoles.
Siang dan malam ia berusaha membuat sebentuk batu penghias cincin dari batu tersebut. Dari warna batu yang putih dan kasar itu, kemudian berangsur-angsur menjadi putih, mengkilap dan licin. Pengrajin itu tahu betul kesempurnaan bentuk sebuah batu penghias cincin, dan dengan daya-upayanya itu, akhirnya teciptalah sebuah batu yang bernilai.
Dari kisah di atas, dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa alam sebenarnya telah memberi kita banyak pelajaran. Kita ini sesungguhnya ibarat sebongkah batu, yang kondisinya lapuk, berlumut dan rapuh. Itu adalah gambaran kondisi kita yang tidak mampu melawan cobaan. Oleh karena itu, maka datanglah pukulan godam, gesekan gerinda, percikan api, polesan amplas sebagai cobaan bagi kita, yang gunanya adalah untuk menempa kita – membentuk kita menjadi manusia yang lebih baik.
Sudah pasti kita terkadang menolak cobaan yang datang itu dengan lari menghindar, karena kebanyakan dari kita merasa tak sanggup atau tidak memahami, bahwa cobaan itu sebenarnya adalah sarana yang datang dari Sang Pencipta untuk membentuk kepribadian kita, agar kita bisa terlihat bersinat.
Sekarang mari kita renungkan dan tanyakan kepada diri kita sendiri, di manakah posisi kita? Apakah kita masih seonggok batu kusam yang tidak berharga? Ataukah kita sedang menjadi sebongkah batu yang sedang mengalami proses menjadi sebuah batu penghias cincin yang memiliki nilai yang tinggi?

No comments:

Post a Comment