Friday, September 9, 2011

Cerita tentang Cinta dan Waktu

Alkisah, di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak. Ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan, dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.
Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta.

Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta.
“Aduh, maaf, Cinta!” sahut Kekayaan, “Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu tenggelam. Lagipula memang tidak ada tempat lagi buat kamu di perahuku ini, Cinta.”
Kekayaan berlalu seraya cepat-cepat mengayuh perahunya. Cinta sedih sekali, namun kemudian ia melihat Kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan! Tolong aku!” teriak Cinta.
Namun rupanya Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu, sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.
Air makin tinggi juga. Kini, Cinta telah terbenam hingga ke pinggang. Dan itu membuat Cinta semakin panik. Tak lama lewatlah Kecantikan. “Kecantikan! Bawalaha aku bersamamu!” teriak Cinta.
“Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu serta. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini,” sahut kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu, lewatlah Kesedihan. “Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu,” kata Cinta.
“Maaf, Cinta, aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja...,” kata Kesedihan, sambil terus mengayuh perahunya. Cinta putus asa. Ia merasakan air makin tinggi dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, “Cinta! Mari cepat naik perahuku!”
Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat ia naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.
Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.
“Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu,” kata penduduk tua itu.
“Tapi, mengapa ia menyelamatkan aku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku,” kata Cinta, heran.
“Sebab,” jelas penduduk tua itu, “hanya Waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu.”

No comments:

Post a Comment