Sunday, September 4, 2011

Sirkus Dosa

Seorang pemain sirkus memasuki hutan untuk mencari anak ular yang akan dilatih bermain sirkus. Beberapa hari kemudian, ia menemukan beberapa anak ular dan mulai melatihnya. Mula-mula anak ular itu dibelitkan pada kakinya. Setelah ular itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan yang lebih berbahaya, diantaranya ialah membelit tubuhnya.
Sesudah berhasil melatih ular itu dengan baik, pemain sirkus itu mulai mengadakan pertunjukan untuk umum. Hari demi hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang diterimanya pun semakin besar. Suatu hari, ia melakukan pertunjukan lagi – yang akan menjadi pertunjukannya yang terakhir. Penonton begitu banyak dan antusias mengelu-elukan setiap aksinya.

Atraksi demi atraksi silih berganti. Penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan menyambut setiap pertunjukan kebolehannya. Akhirnya, tibalah pada puncak acara yang mendebarkan, yaitu permainan ular. Pemain sirkus memerintahkan ularnya untuk melakukan apa-apa yang diperintahkannya. Ular itu mulai melilitkan badannya sedikit demi sedikit pada tubuh tuannya. Makin lama makin keras lilitannya. Pemain sirkus kesakitan. Karenanya ia memerintahkan agar ular melepaskan lilitannya, tetapi ular itu tidak patuh. Sebaliknya ia justru makin liar dan menguatkan lilitannya. Para penonton menjadi panik ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain sirkus itu, sebelum akhirnya lunglai, tewas dengan tubuh remuk.
Kisah di atas itu adalah gambaran dari apa yang setiap hari kita lakukan, tapi tanpa kita sadari, karena atraksi itu sudah menjadi rutinitas otomatis dalam hidup kita. Atraksi akan apa? Nah, itu yang harus kita ketahui. Oh, maaf, sebenarnya kita sudah tahu tapi tak peduli – karena menganggapnya remeh, yaitu atraksi bermain-main dengan dosa.
Dosa memang seringkali terlihat tidak membahayakan, apalagi kalau kita tahu itu cuma dosa kecil. Kita merasa tak terganggu dan berkeyakinan akan selalu bisa mengendalikannya. Bahkan kita juga merasa bahwa kita sudah terlatih untuk mengatasinya. Tetapi pada kenyataannya, apabila dosa itu telah mulai melilit hidup kita, maka kita akan sangat sulit untuk bisa melepaskan diri lagi darinya.
Padahal... kita selalu yakin, “Ah, ini cuma dosa kecil, kok... gampang dibersihkan dengan meminta ampun kepada Tuhan.” Tapi kita kemudian selalu menghindar dengan, “Ah, minta ampunnya nanti ajalah... sekalian kalo udah banyak....” Dan tahu-tahu, "pet!" seperti pemadaman listrik tanpa pemberitahuan – jantung kita mandeg, maka celakalah kita.
Memangnya kita tahu kapan kita akan mati?

No comments:

Post a Comment